GridHEALTH.id - Dilansir dari American College of Obstetricians and Gynecologists, sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah kondisi kesehatan yang cukup umum terjadi di kalangan wanita.
Para ahli tidak tahu persis apa penyebabnya, dan sebanyak 50% penderitanya tidak tahu bahwa mereka memiliki sindrom itu.
PCOS (polycystic ovary syndrome) atau sindrom ovarium polikistik merupakan kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang berada di usia subur.
Kondisi ini menyebabkan hormon wanita yang menderita polycystic ovary syndrome (PCOS )menjadi tidak seimbang karena hal-hal yang tidak diketahui.
Tanda-tanda awal PCOS adalah masa ovulasi atau subur yang tidak beraturan.Lalu meningkatnya kadar hormon pria (androgen) dalam tubuh wanita seperti pertumbuhan rambut yang berlebihan, biasanya di punggung, bokong, wajah, atau dada.
Tanda lain adalah munculnya banyak kista (kantong berisi cairan) pada ovarium. Jika seorang wanita mengalami setidaknya dua dari tiga tanda awal itu, maka kemungkinan ia mengidap PCOS.
Baca Juga: Divonis Kurang Subur, Tetap Perlu Kontrasepsi, Ini Alasannya
Baca Juga: Makan Serangga Seperti Jangkrik dan Ulat Sutra, Antioksidannya Melebihi Jeruk Untuk Melawan Kanker
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penderita PCOS berisiko mengalami peningkatan penyakit kardiovaskular sebab mereka cenderung kelebihan berat badan, menderita diabetes, serta tekanan darah tinggi.
Sebuah studi baru, yang terbit dalam European Journal of Preventive Cardiology juga mendukung hal tersebut. Kelainan hormon ini lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung.
Studi baru ini juga meneliti apakah risiko perkembangan penyakit kardiovaskular ini akan bertahan seumur hidup, lapor The Health Site.
Penulis studi Clare Oliver-Williams dari University of Cambridge di Inggris berasumsi karena beberapa gejala PCOS hanya ada selama tahun-tahun reproduksi, risiko penyakit jantung juga kemungkinan akan hilang di waktu yang akan datang.
Setelah melakukan studi kepada 60.574 perempuan, peneliti menemukan pederita PCOS memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
Namun, studi juga menunjukkan perempuan dengan PCOS yang berusia 50 tahun ke atas tidak memiliki risiko tinggi ini. Risiko hanya ditemukan pada mereka berusia 30-an dan 40-an.
Risiko pada perempuan berusia di bawah 30 tahun hasilnya kurang jelas karena ada yang tidak cukup umur dalam penelitian tersebut.
Baca Juga: Studi Kesehatan: Banyaknya Lemak Makanan di Otak Sebabkan Gangguan Mental
Baca Juga: 5 Kebiasaan Sehat yang Dilakukan Untuk Menghindari Stroke di Usia Muda
“Kesehatan jantung tampaknya menjadi masalah khusus bagi perempuan muda (usia produkstif) dengan PCOS. Ini mungkin karena mereka lebih cenderung kelebihan berat badan dan memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes dibandingkan dengan teman-teman mereka yang tidak menderitanya," tulis peneliti dalam laporan.
Sampai saat ini penyebab pasti (polycystic ovary syndrome) masih belum diketahui, tapi diduga ada hubungannya dengan kadar hormon yang tidak normal.
Namun, ada beberapa faktor yang mungkin bisa mendorong terjadinya PCOS, yaitu:
- Resistensi terhadap insulin. Jaringan tubuh resisten terhadap insulin, sehingga tubuh terpacu untuk memproduksi lebih banyak insulin yang mengganggu pembuahan normal dan memicu penambahan berat badan.
- Ketidakseimbangan hormon. Hal ini disebabkan antara lain karena naiknya kadar testosteron (hormon yang dominan pada tubuh pria), naiknya hormon lutein (kadar yang tinggi malah menganggu kerja ovarium), turunnya kadar globulin pengikat-hormon seksual (SHBG) sehingga aktivitas testosteron meningkat di dalam tubuh, dan naiknya hormon prolaktin (hormon yang memicu produksi air susu).
- Faktor keturunan. Jika salah seorang anggota keluarga mengidap PCOS, maka risiko semakin besar untuk terkena PCOS.
Baca Juga: 4 Makanan yang Dibutuhkan Ibu Menyusui Agar Tubuh Tak Gampang Lemas
Baca Juga: Selalu Merasa Haus? Gangguan Kesehatan Ini Bisa Menjadi Penyebab
PCOS tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikendalikan oleh penderita PCOS dengan menjalani hidup sehat, menurunkan berat badan bagi yang obesitas, melakukan pembedahan kecii yang disebut Laparoscopic Ovarian Drilling (LOD) dan melakukan terapi hormon. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | American Pregnancy Association,American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG),nakita.grid.id,The Health Site |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar