GridHEALTH.id - Obat herbal dari Afrika dikabarkan mendapat dukungan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk atasi pandemi virus corona (Covid-19).
WHO mendukung protokol pengujian obat herbal dari Afrika sebagai obat potensial untuk virus corona dan epidemi lainnya.
Mereka mendorong pengujian melalui penggunaan kriteria yang sama dengan molekul-molekul yang dikembangkan laboratorium-laboratorium di Asia, Eropa, atau Amerika Serikat.
Dilansir AFP (20/9/2020), dukungan ini muncul usai beberapa bulan sebelumnya WHO justru dibuat khawatir dengan adanya minuman herbal dari Madagaskar yang disebut sebagai penawar virus corona.
Diketahui minuman herbal tersebut merupakan racikan dari tanaman Artemisia, yang terbukti berkhasiat untuk pengobatan malaria.
Meski sempat mendapat kritikan, namun pada hari Sabtu (19/9/2020), para ahli WHO dan kolega dari dua organisasi lainnya mendukung protokol untuk uji coba klinis tahap III pada obat herbal Covid-19 ini.
Baca Juga: Nahasnya Masyarakat Indonesia, Warga Temukan Adanya Beras Plastik dalam Bansos dari Pemerintah
Baca Juga: Breaking News ! Menteri Agama Fachrul Razi Positif Virus Corona
Selain protokol, juga termasuk anggaran dasar dan kerangka acuan untuk penetapan data dan pemantauan keamanan uji coba klinis.
Uji coba fase tiga sangat penting untuk dapat benar-benar menilai keamanan dan khasiat dari produk baru.
Dilansir dari NHS, uji klinis fase tiga, merupakan fase dimana produk vaksin sudah boleh diproduksi tapi masih belum bisa dipasarkan.
Di fase tiga juga produk vaksin yang diteliti akan diuji stastistik bersama dengan plasebo atau 'obat kosong'.
Dimana beberapa orang secara acak (random) akan dipilih sebagai subjek penelitian.
Setengah dari orang-orang tersebut diberi produk vaksin atau obat yang benar-benar mengandung zat obat, sementara setengahnya lagi diberi obat kosong.
Baca Juga: Di Indonesia Ada Daerah Sengaja Kurangi Tes Covid-19, Demi Predikat Zona Hijau
Percobaan ini akan membantu peneliti mengetahui apakah obat tersebut benar-benar efektif atau hanya sugesti pasien yang merasa lebih baik karena tahu mereka telah mengonsumsi produk obat tersebut.
Apabila lolos ujia fase tiga (dinyatakan efektif dan aman) maka vaksin tersebut boleh didaftarkan ke badan pengawasan dan boleh dijual di pasaran.
Baca Juga: IDI Dorong Tes PCR Sebanyak Mungkin, 'Ada Daerah Enggan Lakukan Tes Biar Terlihat Zona Hijau Terus'
"Jika sebuah produk obat tradisional terbukti aman, ampuh, dan berkualitas, WHO akan merekomendasikannya untuk produksi lokal berskala besar dan cepat," kata Direktur WHO Regional, Prosper Tumusiime.
"Kemunculan Covid-19, seperti wabah Ebola di Afrika Barat telah menunjukkan kebutuhan penguatan sistem kesehatan dan percepatan program penelitian dan pengembangan (R&D), termasuk obat-obatan tradisional, " sambungnya.
Ia memang tidak secara spesifik merujuk pada obat organik Covid-19 dari Madagaskar atau CVO, yang disebut dapat mengobati virus oleh Presiden Madagaskar.
Obat itu memang telah terdistribusi secara luas di Madagaskar dan dijual di sejumlah negara, terutama di Afrika.
Pada bulan Mei 2020, Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti mengatakan pemerintah Afrika telah berkomitmen pada tahun 2000 untuk melibatkan 'terapi tradisional' melalui uji coba klinis yang sama sebagai obat lainnya.
"Saya memahami kebutuhan, dorongan untuk menemukan sesuatu yang dapat membantu. Akan tetapi kami sangat ingin mendorong proses ilmiah ini di mana pemerintah juga membuat komitmen, " kata Moeti.(*)
Baca Juga: Air Rebusan Daun Jambu Biji, Mengusir Lemak Hingga Mencegah Kanker
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar