GridHEALTH.id - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, mempertanyakan tingkat efektivitas dan keamanan dari vaksin yang akan didistribusikan di Indonesia.
Menurutnya saat ini vaksin masih dalam tahap uji klinis dan belum ada bukti ilmiah bahwa vaksin berhasil diproduksi.
“Apakah yakin bahwa vaksin ini efektif dan aman? Mana bukti ilmiahnya? Itu kan tidak pernah dibicarakan secara terbuka,” ujar Pandu saat dihubungi DW Indonesia, Senin (12/10) sore.
“Yang bicara kan malah orang-orang bukan ilmu kesehatan, Kemenko Maritim, (menteri) Airlangga…Kita dunia kesehatan harus diajak bicara. Tidak bisa dipaksakan, memangnya (vaksin) ini efektif dan aman? Memang tidak ada efek samping? Mana studinya? Mana hasilnya?“ sambung Pandu.
Diketahui sebelumnya, pemerintah Indonesia hingga kuartal keempat 2020 sedang menyiapkan 271,3 juta dosis vaksin corona untuk diberikan kepada masyarakat.
Sebanyak 30 juta dosis vaksin diharapkan sudah bisa disediakan di akhir tahun ini.
Baca Juga: Donald Trump Tentang Covid-19 yang Menginfeksinya; Saya Kebal, Bisa Keluar Dari Ruang Bawah Tanah
Rencananya distribusi vaksin akan dimulai pada bulan November 2020. Vaksin tersebut berasal dari perusahaan asal Cina, Cansino, Sinovac, dan Sinopharm.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Airlangga Haratarto mengatakan pemerintah saat ini juga tengah menjalin kesepakatan dengan perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca, dalam pengadaan 100 juta dosis vaksin corona.
“Sekarang sedang berangkat Menteri Kesehatan, Menteri Luar Negeri, Menteri BUMN untuk mempersiapkan 50 juta (dosis) yang dipesan pertama dan dibayar,“ ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual yang disiarkan saluruan YouTube BNPB, Senin (12/10) siang.
Baca Juga: Studi Membuktikan, Minuman Ini Cukup Efektif Turunkan Berat badan
Di sisi lain pemerintah dan PT Bio Farma juga terus mengembangkan 160 juta dosis vaksin virus corona. Hal ini mengingat banyaknya negara tengah berlomba-lomba mendapatkan vaksin virus corona.
“Pengadaan vaksin kita harus secured karena 215 (negara) ini semua mengejar vaksin. Sehingga kita sudah secured untuk 160 juta, dosisnya dua kali,“ jelas Ketua KPC-PEN ini.
Baca Juga: Aneka Herbal yang Efektif Bantu Kontrol Gula Darah dan Cegah Komplikasi Diabetes
Vaksin anti-corona itu nantinya akan diberikan sesuai dengan prioritas yang telah disiapkan pemerintah.
“Yang pertama di garda terdepan itu terdiri dari tenaga medis dan paramedis, kemudian pelayanan kesehatan termasuk TNI, Polri, dan aparat hukum. Itu jumlahnya sekitar 3,5 juta orang,” papar Airlangga.
Kemudian kelompok lainnya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat daerah yang berjumlah sekitar 5 juta orang; tenaga pendidik mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta sekitar 4,3 juta orang; aparatur negara sekitar 2,3 juta orang; penerima bantuan pembayaran iuran BPJS sekitar 96 juta orang; dan terakhir masyarakat kelompok umur 19-59 tahun sekitar 57 juta orang.
Baca Juga: Sama-sama Karbohidrat, Ini Akibatnya Jika Kita Makan Nasi dan Kentang Secara Bersamaan
“Totalnya ada 160 juta, berdasarkan vaksin yang ada perlu dua dosis jadi jumlahnya 320 juta. Terhadap kebutuhan itu pemerintah sedang membuat semacam MoU atau pengikatan untuk jumlah tersebut,” kata Airlangga.
Sementara itu, diketahui vaksin sendiri adalah produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Menurut NHS vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | tribunnews,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar