GridHEALTH.id - #BijakGulaGaramLemak (GGL) sudah saatnya menjadi budaya kita bersama, sekarang juga.
Bukannya apa-apa, dengan #BijakGGL artinya kita sayang dan cinta kepada diri kita sendiri juga kelaurga.
Baca Juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ahli: Jahe Boleh Dikonsumsi Ibu Hamil, Tapi Ginseng Tidak Boleh
Sebab, jika kita tidak #BijakGulaGaramLemak dalam keseharian, berisiko mengalami aneka masalah penyakit kronis, bahkan infeksi.
Nah, dalam kesempatan ini akan dibahas satu angel mengenai garam, kenapa kita bisa kelebihan garam dan apa bahayanya.
Untuk dketahui, di Indonesia sudah jamak jika makanan harus selalu menggunakan garam. Sebab tanpa garam makanan yang disajikan tidak sedap.
Baca Juga: Kepala Satpol PP Semarang 2 Kali Terinfeksi Covid-19, Sembuh dan Paru-parunya Bersih
Saat dihidangkan, seringkali kita pun menggunakan kecap, lauknya panganan instan, seperti nugget, dan makanan kaleng lainnya, bahkan ditemani kerupuk.
Tahu kah kecap mengandung tinggi garam, makanan kemasan, seperti nugget dan makanen kaleng pun demikian, apalagi kerupuk.
Ditambah lagi saat ngemil, ngemil aneka makanan gurih hingga gorengan, yang mana itu semua tinggi garam.
Padahal batas rekomendasi asupan garam harian seseorang adalah 2000 mg natrium atau setara dengan Garam 1 sendok teh (sdt) /orang /hari (5 gram/orang/hari).
Ketahuilah, melansir Yayasan Gastroenterologi Indonesia (ygi.or.id; 22 Mei 2020), garam dapur yang kita gunakan terdiri dari natrium dan klorida.
Baca Juga: Dibalik Pahitnya Rasa Madu Hitam, Ada 10 Khasiat yang Dahsyat
Natrium diperlukan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan membantu kerja saraf serta otot.
Sedangkan klorida merupakan elemen mendasar dalam proses pencernaan yang membantu tubuh dalam mencerna makanan.
Baca Juga: #BijakGGL, Waspadai Gula Tersembunyi Dalam Makanan Kemasan, Ini Panduannya
Untuk menjaga keseimbangan garam di dalam tubuh, ginjal berperan penting.
Saat asupan natrium tinggi, ginjal akan membuang kelebihannya melalui urin.
Namun, jika ginjal tidak lagi mampu membuang kelebihannya, natrium akan menumpuk dalam darah.
Baca Juga: Pantagan Usai Mengonsumsi Madu, Jangan Langsung Tidur, Ini Dampaknya
Penumpukan tersebut akhirnya memicu terjadinya penyakit darah tinggi (hipertensi).
Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal.
Beberapa penelitian pun mengaitkan antara asupan tinggi garam dengan kesehatan usus.
Ddiketahui bahwa mencerna kadar natrium yang tinggi dapat merusak bakteri Lactobacillus murinus dan mengubah aktivitas mikrob usus.
Lactobacillus adalah bakteri menguntungkan yang menjaga kesehatan lapisan usus dan melindunginya dari berbagai mikroorganisme jahat yang mencari tempat untuk hidup.
Ketika aktivitas mereka menurun karena diet natrium yang tinggi, tingkat peradangan akan meningkat dan pertahanan usus menipis.
Baca Juga: Seorang Pakar Amerika Sebut Covid-19 Bukan Pandemi Tapi Sindemi, Apa Itu?
Hal ini memudahkan bakteri jahat untuk menembus dinding saluran cerna sehingga dapat beredar ke pembuluh darah.
Penelitian juga menunjukkan, bahwa konsumsi tinggi garam dapat menyebabkan keluhan perut terasa kembung dan penuh.
Konsumsi tinggi garam juga dikatakan dapat mempercepat timbulnya rasa haus. Walaupun hal tersebut masih kontroversial karena hasil penelitian yang beragam.
Baca Juga: Zaman Aplikasi, Tes Kesehatan dan Deteksi Penyakit Cukup Dilakukan Mandiri dengan Handphone
Jadi, garam penting, tapi jangan sampai berlebih. #BijakGGL Mulai Sekarang.(*)
View this post on Instagram
#BijakGGL
#Berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | GridHealth.ID,Ygi.or.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar