GridHEALTH.id - Banyaknya hunian sempit dan terbatas di Tanah Air rupanya tak membatasi seseorang untuk melakukan aktivitasnya.
Namun di tengah pandemi Covid-19 ini, banyak pasien corona yang juga berasal dari pemukiman dengan hunian sempit dan terbatas.
Hunian sempit dan terbatang bukanlah salah satu faktor seseorang tidak mau menjalani isolasi mandiri di rumah.
Bahkan, pemerintah juga tetap menerapkan adanya isolasi mandiri selama 14 hari bagi para pasien Covid-19 yang tinggal di hunian tersebut.
Baca Juga: Hari Diabetes Sedunia, Ahli: Jangan Tunggu Gejala, Tapi Cek Faktor Risiko
Kendati begitu, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menyebut isolasi mandiri yang dilakukan di tempat hunian terbatas, sesungguhnya sangat sulit untuk menjamin keamanan orang-orang didalamnya dari tertular virus.
"Tentu memang akan sangat sulit penerapannya untuk masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau terbatas, karena bagaimana pun yang namanya isolasi dan karantina mandiri ini memerlukan 'semua perlu terpisah'," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/11/2020).
Semua perlu terpisah, artinya anggota keluarga yang sedang menjalani isolasi mandiri atau positif terjangkit Covid-19 harus menggunakan semua fasilitas secara terpisah dari anggota keluarga lain.
Penggunaan "terpisah" tersebut dalam segala hal, mulai dari kamar, kamar mandi, peralatan makan, dan sebagainya.
Baca Juga: 3 Solusi Hindari Jerawat Akibat Setiap Hari Menggenakan Masker
Dicky mengatakan semua ini perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penggunaan bersama, kontak dalam ruangan yang sama, dan sebagainya.
"Ini yang tentu akan jadi sulit, bagaimana pun akan sulit. Kalau tempatnya memang tidak memungkinkan untuk memenuhi itu, artinya potensi terjadinya klaster keluarga dan penularan ke anggota keluarga lain tentu akan sangat tinggi," ungkap Dicky.
Dicky menyarankan agar beberapa orang dengan kondisi rentan harus melakukan isolasi terpisah.
"Yang bisa saya sarankan, ya paling tidak dia tinggal dengan yang memang usianya muda. Kemudian kalau ada lansia, ibu hamil, anak, ya hijrah dulu, jangan di situ selama dua minggu (masa karantina) itu," sebutnya.
Selain itu, upayakan agar anggota keluarga yang tengah menjalani isolasi mandiri tetap tinggal dan beraktivitas hanya di tempat yang terbatas. Ini demi mengurangi kontak dengan anggota keluarga lain.
Baca Juga: Tak Hanya di Indonesia, WHO Laporkan Rekor Tertinggi Penambahan Kasus Covid-19 Dunia dalam Sehari
"Intinya yang mengalami isolasi/karantina mandiri membatasi keluar ruangan saja, benar-benar kalau keluar itu (harus ketika) tidak ada orang, atau orangnya keluar rumah," jelas Dicky.
Dicky menyebut sesungguhnya upaya yang paling ideal adalah pelaksanaan isolasi secara terpusat yang difasilitasi oleh pemerintah.
Sehingga virus yang menjangkit seseorang tidak berpotensi menular pada anggota keluarga yang ada di rumah.
"Itu sangat ideal sekali dan itu terbukti akan membantu mencegah terjadinya penularan dan terjadinya klaster keluarga. Ini yang terbukti di China, di beberapa negara lain juga yang pernah menjadi episentrum," jelasnya. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar