GridHEALTH.id - Kesadaran masyarakat Indonesia akan mengontrol asupan gula garam dan lemak (GGL) nyatanya masih rendah.
Hal itu terbukti dari masih tingginya angka kasus penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, obesitas hingga diabetes.
Dimana berbagai penyakit kronis tersebut diketahui salah satu faktor pemicunya adalah konsumsi GGL yang berlebihan.
Menurut data Survey Diet Total yang dilakukan pada 2014, secara umum ternyata 29,7 % orang Indonesia mengonsumsi GGL-nya berlebih.
Artinya 3 dari 10 orang Indonesia sudah pasti mengalami kelebihan GGL.
Baca Juga: Anies Baswedan Umukan Lonjakan Kasus Covid-19 di DKI, Penyebabnya Libur Panjang
Baca Juga: Studi: Siklus Menstruasi Faktanya Tidak Mengganggu Fungsi Otak
Kemudian 53 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 2.000 mg/hari. Konsumsi garam tertinggi adalah warga DKI Jakarta dengan 65,4 %.
Terakhir, 27 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi lemak lebih dari 67 gram/hari. Konsumsi lemak tertinggi juga masyarakat DKI Jakarta, dengan 48,2 %.
Baca Juga: Kebanyakan Gula Atau Kebanyakan Garam, Mana Lebih Berbahaya?
Alhasil berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka kejadian penyakit tidak menular di Indonesia meningkat dari 2013 ke 2018, termasuk diabetes melitus (dari 6,9% menjadi 8,5%), stroke (dari 7% menjadi 10,9%), dan hipertensi (dari 25,8% menjadi 34,1%).
Di tahun 2018 pula, 2 dari 10 orang Indonesia menderita obesitas (meningkat dari 14,8% menjadi 21,8%), di mana obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes melitus, penyakit jantung dan stroke.
Baca Juga: Beda dengan Negara Lain, Arab Saudi Gratiskan Vaksinasi Covid-19 bagi Orang Sehat Negatif Corona
Sementara itu ditilik dari sisi jenis kelamin, para laki-laki di Indonesia nampaknya harus waspada.
Sebab dalam hasil survei itu juga disebutkan bahwa laki-laki di Indonesia lebih banyak yang mengalami kelebihan GGL ketimbang perempuan.
Dokter spesialis gizi klinik dr. Juwalita Surapsari, Sp.GK, M.Gizi pun menjelaskan temuan survei tersebut dalam acara webinar Ayah S.I.A.P bertajuk 'Ayah Sehat, Ayah Bijak GGL' persembahan GridHEALTH.id, Sabtu (14/11/2020).
Baca Juga: Air Rebusan Jahe, Solusi Efektif Redakan Kram Saat Menstruasi Selain Obat
"Dilihat dari jenis kelamin laki-laki itu di angka 35,1 % lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang jumlahnya di angka 24,4% saja," terangnya.
"Kenapa begitu? Mungkin ada faktor kalau laki-laki itu ingin gaya hidupnya lebih praktis."
"Jadi sekarang inikan sudah banyak toko atau mini market yang menjual makanan-makanan cepat saji yang tinggal dipanaskan di mikrowave. Nah, biasanya makanan seperti itu lebih tinggi kandungan gula garam lemaknya," tambah dr Juwalita.
Baca Juga: Tak Lagi Diam, Menkes Terawan Ungkap Kemungkinan Iuran BPJS Kesehatan Naik Lagi
Melihat temuan tersebut, adabaiknya mulai sekarang kita khususnya para laki-laki untuk memperhatikan lagi asupan makanannya alias #BijakGGL.
Sesuai dengan Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak, Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, untuk #bijakGGL ruusnya mudah; G4-G1-L5.
Baca Juga: Tepung Nangka Hijau Rendah Indeks Glikemik, Cocok Untuk Penyandang Diabetes Tipe 2
- Anjuran konsumsi gula /orang /hari adalah 10% dari total energi (200 kkal)atau setara dengan Gula 4 sendok makan /orang /hari (50 gram/orang/hari).
- Anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natriumatau setara dengan Garam 1 sendok teh (sdt) /orang /hari (5 gram/orang/hari).
- Anjuran konsumsi lemak /orang/hari adalah 20-25% dari total energi (702 kkal)atau setara dengan Lemak 5 sendok makan/orang /hari (67 gram/orang/hari).(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | GridHEALTH TALK |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar