Ganjar juga menyatakan, angka kasus aktif di Jateng tertinggi nasional dikarenakan delay input data.
“Makanya saya agak kaget itu karena kita katanya paling tinggi begitu, tapi kalau saya lihat datanya kok tidak sama begitu ya. Jadi kita coba cek ya karena ada angka yang disebutkan itu kita belum sampai ke sana. Setelah kita cek ternyata angka-angka itu angka-angka delay," tegasnya.
Ganjar menduga, delay data itu disebabkan karena proses input data tidak dilakukan melalui satu sistem.
"Padahal kalau mengisinya hanya satu di new all record system itu sebenarnya semua clear mestinya," ujarnya.
Dari pemeriksaan data dari 1 November 2020 sampai 10 November 2020, disebut Ganjar, ada 809 data delay yang ditempelkan sebagai data tambahan.
Bahkan, Ganjar juga menemukan ada 18 nama yang tes sejak Juni, baru dimasukkan dalam rilis tersebut.
Selain itu, ada juga data baru yang belum dimasukkan sehingga terdapat perbedaan data mencapai 3000-an kasus.
"Kemarin kita sempat berbeda 11, 35 begitu ya. Nah kemarin ada perbedaan lagi kok banyak sekali bayangkan kita masih ada perbedaan itu 3.000 kalau besok tiba-tiba dimasukan 3.000 itu sudah pasti gede. Sudah pasti meningkat gitu aja. Tapi ya sebenarnya enggak apa-apa jumlahnya," ungkapnya.
Ganjar berharap agar pemerintah pusat juga bisa mengumumkan data kasus Covid-19 di Jateng yang disampaikan itu merupakan data delay.
Baca Juga: Studi: Siklus Menstruasi Faktanya Tidak Mengganggu Fungsi Otak
Source | : | Kompas.com,corona.jatengprov.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar