GridHEALTH.id - Angka kematian akibat virus corona (Covid-19) di dunia terus bertambah setiap harinya.
Berdasarkan data dari Worldometers, Selasa (15/12/2020), angka kematian akibat virus corona sudah mencapai angka 1,622,567 kasus.
Angka tersebut berpotensi terus naik, seiring dengan jumlah keseluruhan kasus Covid-19 didunia yang terus bertambah dan kini sudah mencapai angka 72,837,437 kasus.
Menanggapi kondisi ini, para ilmuwan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg dikabarkan tengah mengembangkan kalkulator daring yang dapat menghitung risiko kematian akibat virus corona.
Dilansir dari Miami Herald, kalkulator daring tersebut nantinya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikeluhkan pasien Covid-19.
Alat ini nantinya akan diperbarui setiap minggu, menggabungkan informasi tentang risiko kematian dan statistik dari beberapa kumpulan data di tingkat komunitas dan negara bagian.
Kalkulator daring juga dirancang untuk membantu individu yang saat ini tidak terinfeksi virus corona untuk menilai peluang kematian mereka berdasarkan faktor risiko mereka sendiri dan penyebaran tingkat komunitas di negara bagian mereka.
Baca Juga: Tawarkan Pendaftaran Vaksinasi Covid-19, RS Kena Sentil Satgas: 'Tunggu Arahan Pemerintah'
Baca Juga: Ini Yang Akan Terjadi Pada Tubuh Jika Kita Berhenti Konsumsi Gula
Hasil penelitian dari kalkulator daring ini pun diketahui sudah diterbitkan pada 11 Desember 2020 lalu di jurnal Nature Medicine.
Hasilnya kalkulator daring mereka dapat memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang harus diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin dengan mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi meninggal akibat Covid-19.
Alat ini disebut sangat berguna sekarang karena para tenaga medis dan penghuni panti jompo di Amerika Serikat mulai menerima dosis pertama vaksin Covid-19.
Baca Juga: Ada Pasien Covid-19 Sembuh dengan Minum Minyak Kayu Putih, Benarkah?
Dimana vaksin yang diberikan kemungkinan memiliki persediaan terbatas saat memasuki tahun depan, dan dengan alat ini populasi umum diharapkan bisa mendapatkannya.
“Meskipun kami telah lama mengetahui tentang faktor-faktor yang terkait dengan kematian yang lebih besar, upaya untuk memasukkan faktor-faktor ini ke dalam strategi pencegahan dan model perkiraan masih terbatas,” kata penulis senior studi Nilanjan Chatterjee, Profesor Biostatistik dan epidemiologi genetik dari Bloomberg, dalam rilis berita.
Baca Juga: Di Negara Perancis, Setelah Dilatih Anjing Bisa Mengendus Covid-19
Para peneliti mencatat kalkulator mereka tidak memperhitungkan semua faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang meninggal akibat Covid-19, seperti pekerjaan yang terkait dengan risiko paparan tinggi.
Pekerjaan ini termasuk petugas pemadam kebakaran, karyawan toko kelontong atau tenaga medis.
"Risiko seseorang juga akan sangat bergantung pada perilaku pribadi seperti menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan memakai topeng," tulis tim tersebut di situs webnya.
Baca Juga: Konsultasi KB Lewat Telemedicine, Semua Jenis Alat Kontrasepsi Bisa Dilayani
“Juga penting untuk diingat bahwa individu yang berisiko rendah terkena penyakit serius dan / atau kematian Covid-19, mereka masih dapat menularkan infeksi kepada orang lain yang berisiko tinggi.”
Kalkulator dibuat dengan kumpulan data virus corona dari beberapa penelitian, termasuk yang besar dari Inggris, dan dari data tingkat kematian yang dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit negara bagian.
Untuk menggunakan kalkulator ini, para pengguna dapat memulainya dengan memasukkan usia, kode pos, ras dan/atau kelompok etnis, jenis kelamin yang ditentukan saat lahir, tinggi badan, berat badan dan status merokok.
Baca Juga: Janin Tidak Terlihat saat Pemriksaan USG, Benarkah Timbulkan Masalah Kehamilan Serius?
Kemudian, para pengguna juga akan ditanya apakah telah didiagnosis dengan kondisi seperti diabetes, asma, kanker, hipertensi, atau rheumatoid arthritis.
Jawaban para pengguna kalkulator adalah risiko mereka meninggal akibat Covid-19 dibandingkan dengan risiko rata-rata untuk populasi AS, yang diberi kode warna dan diberi label sebagai "risiko mendekati atau lebih rendah dari rata-rata, risiko cukup tinggi, risiko meningkat secara substansial, risiko tinggi, (atau) berisiko sangat tinggi."
Baca Juga: Sembuh Dari Covid-19, Wagub DKI Ungkap Kondisi Terbaru Anies Baswedan; 'Masih Isolasi Mandiri'
Para peneliti juga menemukan bahwa sekitar 30% kematian di Amerika terjadi hanya pada 1,6% populasi, menunjukkan "sejumlah besar kematian dapat dicegah dengan menargetkan sejumlah kecil individu berisiko tinggi," menurut rilis tersebut.
Menurut hasil studi tersebut pria, orang hispanik, orang kulit hitam dan mereka yang memiliki riwayat obesitas, diabetes, kanker, tekanan darah tinggi, stroke, penyakit ginjal, arthritis, asma dan penyakit jantung lebih sering ditemukan pada kelompok berisiko tinggi.
Demikian juga mereka yang berusia di atas 65 tahun.(*)
Baca Juga: Obat Batuk untuk Ibu Hamil yang Direkomendasikan oleh Dokter Obstetrics & Gynecology
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kontan.co.id,worldometers.info/coronavirus |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar