GridHEALTH.id - Isu bahaya kesehatan pada produk pangan (makanan - minuman) yang menyebar di tengah pandemi Covid-19 langsung menarik perhatian.
Apalagi sampai ada elemen profesi masyarakat yang bertindak, hingga menyurati Kepala Badan POM, Dr. Ir. Penny K. Lukito MCP mengenai bahaya bahaya BPA bagi kesehatani.
Baca Juga: Pilih-pilih Air Minum Kemasan Galon, Antara Pandemi, Kesehatan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup
Pihaknya memohon kepada BPOM untuk Mengatur Pencantuman Peringatan Konsumen Pada Kemasan Plastik Makanan & Minuman Mengandung BPA.
Khususnya kemasan galon guna ulang air minum mineral, yang tanpa disadari mengandung BPA.
Untuk diketahui, menurut chemicalsafetyfacts.org, BPA adalah salah satu bahan kimia paling teruji yang digunakan saat ini, dan memiliki rekam jejak keamanan 50 tahun.
Demikian juga menurut Dwi Retno Widiastuti, ST, dalam artikelnya 'Bisfenol A dalam Kemasan Pangan' yang dipublikasikan di laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan - Direktorat Pengelolaan B3.
Menurutnya BPA merupakan bahan kimia yang telah digunakan selama lebih dari 40 tahun dalam pembuatan plastik polikarbonat (PC) dan resin epoksi.
Dimanakah bahayanya BPA yang ada pada kemasan pangan?
CLARITY Study, program penelitian pemerintah federal AS selama 5+ tahun, dan studi terbesar yang pernah dilakukan tentang BPA, mengonfirmasi keamanan BPA.
Hasilnya, melansir chemicalsafetyfacts.org pada artikel 'BPA (Bisphenol A), yang dirilis 2018 oleh Program Toksikologi Nasional AS, disertai dengan pernyataan dari Dr. Stephen Ostroff, Wakil Komisaris Makanan dan Kedokteran Hewan di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), “tinjauan awal kami mendukung penentuan bahwa penggunaan BPA yang diizinkan saat ini tetap aman bagi konsumen."
Ada yang mengatakan paparan BPA pada prodak kemasan pangan menyebabkan efek kesehatan pada manusia, penelitian ilmiah menunjukkan; pada manusia BPA dengan cepat dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh - tidak terakumulasi dalam darah atau jaringan.
Karenanya sangat tidak mungkin paparan BPA pada tingkat yang khas dapat menyebabkan efek kesehatan.
Hal ini selanjutnya dikonfirmasi oleh CLARITY, karena “hasil dengan jelas menunjukkan bahwa BPA memiliki potensi yang sangat kecil untuk menyebabkan efek kesehatan, bahkan ketika orang terpapar selama hidup mereka,” kata Steven G. Hentges, Ph.D., Polycarbonate / BPA Grup Global dari American Chemistry Council (ACC).
Baca Juga: Epidemiolog hingga IDI Desak Jokowi Terapkan PSBB Ketat, Akankah Indonesia Lakukan Lockdown Total?
Nah, sampai di sini kita tentu akan bisa memahami, kenapa BPA hingga puluhan tahun tetap digunakan pada produk kemasan pangan.
Prihal BPA pada galon air minum mineral dalam kemasan guna ulang, contoh pada produk Aqua, di Indonesia diatur sangat ketat oleh Badan POM.
Melansir Gatra.com (30 Januari 2021), "Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM terhadap kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa migrasi BPA di bawah 0,01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman," demikian pernyataan BPOM.
Pada Klarifikasi Badan POM RI prihal BPA, yang dipublish di laman pom.go.id (24 Januari 2021), juga disebutkan, untuk memastikan paparan BPA pada tingkat aman, Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.
Peraturan ini mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan PC.
Baca Juga: Memahami PMS, PMDD, dan Cara Meredakannya
Menurut klarifikasi BPOM RI, kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA karena data paparan BPA terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan.
EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari.
Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 60kg masih dalam batas aman jika mengonsumsi BPA 240 mikrogram/hari.
Baca Juga: Asupan Gluten Di Usia Balita Berisiko Munculkan Diabetes Tipe 1
Penelitian tentang paparan BPA (Elsevier, 2017), menunjukkan kisaran paparan sekitar 0,008-0,065 mikrogram/kg berat badan/hari, belum menimbulkan risiko bahaya kesehatan terkait paparan BPA.
Malah, menurut BPOM beberapa penelitian internasional menunjukkan, penggunaan kemasan PC, termasuk galon AMDK secara berulang tidak meningkatkan migrasi BPA.
Baca Juga: 5 Tanda Asupan Karbohidrat Terlalu Rendah, Menurut Ahli Gizi
Dengan ini kita bisa paham jika BPA pada kemasan pangan, termasuk galon air minum mineral guna ulang, aman bagi kesehatan.
Dengan catatan, produk tersebut sudah teregister dan mendapat ijin untuk dijual bebas di Indonesia oleh BPOM RI.(*)
Baca Juga: 5 Tanda Asupan Karbohidrat Terlalu Rendah, Menurut Ahli Gizi
View this post on Instagram
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | pom.go.id,Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,chemicalsafetyfacts.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar