Hasil dari penelitian yang dipimpin oleh Erin Burke Quinlan, dari King's College London di Inggris, bullying yang parah dikaitkan dengan perubahan volume otak dan tingkat kecemasan.
Korban bullying juga bisa mengalami pengurangan volume bagian otak yang disebut kaudat dan putamen.
Ketika korban merasa stres dengan ancaman konstan dari bullying, maka respons “fight or flight” mereka akan bekerja.
Saat ini terjadi, otot-otot akan menjadi tegang, jantung berdebar kencang, dan tubuh melepaskan adrenalin dan kortisol.
Seiring waktu, reaksi ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh yang bisa memicu berbagai masalah kesehatan.
Adapun gejala awal yang biasa dialami korban perundungan diantaranya kecemasan, depresi, sakit punggung, sakit perut, cedera fisik, sakit kepala, dan mudah marah.
Hal itu pulalah yang sepertinya dialami oleh salah seorang pegawai pemerintahan termuda satu ini.
Diduga sering dibully oleh orang-orang di kantornya, wanita muda ini didapati meninggal dunia.
Penyebab meninggalnya korban diduga bunuh diri.
Baca Juga: Model Iklan Kondom Ditangkap Polisi, Terawangan Mbak You Kembali Memakan Korban
Source | : | psychcentral.com,childrensnational.org,stopbullying.gov |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar