Asal tahu saja, jumlah kematian akibat TB di Indonesia lebih banyak dari kasus Covid-19.
Untuk mengatasi hal tersebut, negara-negara dunia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi TB di 2035 dan bebas TB 2050.
"Seiring dengan komitmen global tersebut, Indonesia menargetkan eliminasi pada 2030," ujarnya.
Nah, untuk bisa mencapai hal tersebut kita harus tahu hal yang berpengaruh terhadap risiko terjadinya TB secara signifikan, yaitu HIV, gizi buruk, perumahan yang tidak sehat dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan.
Mengenai hal tersebut, berdasarkan WHO Global TB Report 2020, faktor kurang gizi merupakan faktor risiko tertinggi penyumbang penyakit TBC.
Berdasarkan hal tersebut, TBC dan Stunting merupakan hal yang tidak terpisahkan dan sangat penting untuk dilakukan harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030, dan Penurunan Prevalansi Stunting menjadi 14% pada tahun 2024.
Baca Juga: Bayi Bisa Juga Terkena Penyakit Tuberculosis alias TBC atau TB
Penting juga diketahui, melansir Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat ( 27 Maret 2020), pada artikel ilmiah 'Factors Infl uencing Pulmonary Tuberculosis Occurrence of 15 Years Old or Above in Indonesia (Tuberculosis Prevalence Survey Data Analysis in Indonesia Year 2013-2014)', yang disusun oleh Lamria Pangaribuan, Kristina, Dian Perwitasari, Teti Tejayanti, Dina Bisara Lolong, disebutkan di Indonesia, jumlah kasus TB pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan.
Pada artikel ilmiah hasil penelitian tersebut disebutkan juga laki-laki berisiko 2,07 kali menderita TB dibandingkan perempuan. Artinya laki-laki berisiko lebih tinggi untuk menderita TB dibandingkan perempuan.
Source | : | WHO,Riskesdas 2018,Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar