"Yang pertama adalah dengan sistem imun 'bawaan', yang bekerja seperti sebuah senapan-cepat, siap untuk menyerang secara langsung kapan pun sebuah patogen masuk ke dalam tubuh, namun dengan cara yang sangat tidak teratur sehingga mungkin melewatkan beberapa virus yang tersisa.
Di sisi lain, tubuh juga ikut melawan dengan sistem imun 'perolehan', yang didapat dari hasil perlawanan terhadap virus yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh.
Sistem imun ini bekerja lebih lambat namun jauh lebih akurat, layaknya seorang sniper, yang dibentuk khusus untuk melawan virus yang mereka kenal melalui sistem antibodi."
Baca Juga: Obat Baru Molnupiravir Dikabarkan Bisa Sembuhkan Covid-19, Benarkah?
Normalnya tubuh kita akan mengenali virus tersebut, antibodi kita pun akan terus terbentuk dan bertahan dalam jangka yang panjang setelah terinfeksi.
"Normalnya, begitu tubuh mengenali virus tersebut, antibodi atau sistem imun 'perolehan' tersebut akan langsung terbentuk dan bertahan dalam jangka waktu yang lama, meski dibutuhkan jangka waktu berbulan-bulan bagi tubuh untuk bisa mendapatkan jumlah yang sangat banyak setelah infeksi," jelasnya.
Ia pun menjelaskan, tes antibodi dilakukan untuk mencari reaksi terhadap sistem imun tubuh dengan mengandalkan sedikit bagian dari virus.
Hal tersebut lah yang akan menunjukan apakah tubuh kita pernah terpapar Covid-19 atau tidak.
"Tes antibodi biasanya mencari reaksi terhadap sistem imun 'perolehan' tersebut. Dengan mengandalkan sedikit bagian dari virus, para ahli kemudian akan melihat apakah ada antibodi yang melawan virus. Inilah yang akan menunjukkan apakah kamu pernah mengalami COVID-19 atau tidak," ujarnya.
"Sayangnya, antibodi ini dapat menghilang setelah beberapa bulan, jadi masih belum bisa dipastikan apakah tes antibodi merupakan salah satu cara terbaik untuk mengecek apakah seseorang pernah mengalami COVID-19."(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | cdc.gov,Cosmopolitan UK |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar