GridHEALTH.id - Belakangan mutasi virus corona baru yang disebut varian E484K atau "Eek" cukup menggemparkan publik.
Pasalnya varian yang satu ini dianggap lebih ganas dan berbahaya dari mutasi virus corona sebelumnya.
Varian E484K ini pun sempat diulas di laman resmi Universitas Airlangga unair.ac.id (13/4/2021) dalam artikel "Lebih Ganas, Varian E484K Tidak Terdeteksi Antibodi".
Baca Juga: Vaksin Pfizer Tidak Kuat Menangkal Keganasan Mutasi Virus Corona Afrika Selatan
Dalam artikel tersebut disebutkan mutasi virus corona ini dapat menghindari beberapa antibodi.
Dikatakan Pakar Imunologi Unair Agung Dwi Wahyu Widodo, bahwa beberapa monoklonal antibodi gagal mendeteksi keberadaan virus corona varian E484K.
Varian ini muncul setelah ada mutasi pada asam amino glumatic acid. yaitu E gen pada puncak spike virus berubah menjadi lisin.
Perubahan struktur protein pada virus tersebut membuat varian E484K mampu menghindari beberapa antibodi.
Akibatnya efikasi beberapa vaksin Covid-19 yang telah beredar menunjukan penurunan.
Agung menjelaskan, efek netralisasi vaksin Pfizer dan Moderna memperlihatkan penurunan pada varian E484K.
Vaksin lain, seperti Novavax, Astrazeneca, dan Johnson & Johnson juga menunjukkan penurunan yang lebih dari Pfizer dan Moderna.
Baca Juga: Mutasi Virus Corona E484K 'Eek', Ini Bahaya dan Dampaknya Bagi Tubuh
Lantas apa saja dan bagaimana gejala dari varian E484K?
Di Indonesia, virus corona varian E-484K dilaporkan pertama kali ditemukan di wilayah DKI Jakarta. Karena telah bermutasi, varian ini mudah menular dan lebih ganas.
Meskipun lebih ganas dibandingkan dengan varian lain, gejala yang ditimbulkan oleh E484K mirip dengan varian baru virus Covid-19 yang sudah ada.
Baca Juga: Rusia Keluarkan Vaksin Covid-19 Pertama di Dunia Untuk Hewan Agar Tak Tularkan ke Manusia
“Pada varian ini (E484K), gejala klinis yang muncul mirip dengan Varian B117, B1351 Afrika Selatan, dan P1 Brazil. Derajat keparahannya juga tidak berubah,” kata Agung seperti dilansir di laman Unair.
Jumlah pasien yang meningkat jika tidak segera ditangani akan membuat angka kematian dan moratalitas melonjak.
Baca Juga: dr Nadia: Ada Satu Kasus di Jakarta, Mutasi Virus Corona E484K 'Eek' yang Hebohkan Jepang,
Mutasi yang terjadi pada varian E484K membuat virus corona bisa menyebar dan membantu menghindari dari beberapa antibodi.
Saat ini, Unair juga sedang mengembangkan vaksin Covid-19 yang merupakan bentuk sumbangsih mereka untuk bangsa dan negara.(*)
Baca Juga: Ahli Epidemiologi UI: yang Dilakukan Sandiaga Uno Berisiko Mengundang Mutasi Virus Corona Baru
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Unair.ac.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar