GridHEALTH.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan memberhentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 untuk pengujian sterilitas dan toksisitas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pengujian dilakukan setelah seorang pemuda berusia 22 tahun, Trio Fauqi Firdaus, meninggal dunia.
Pemuda asal Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur yang bekerja di Pegadaian itu meninggal sehari setelah vaksinasi jenis Astra Zaneca, Rabu (06/05/2021) lalu.
"Komnas KIPI telah merekomendasikan BPOM untuk melakukan uji sterilitas dan toksisitas terhadap Kelompok tersebut dikarenakan tidak cukup data untuk menegakkan diagnosis penyebab dan klasifikasi dari KIPI yang dimaksud," kata juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmidzi dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, Minggu (16/05/2021).
Bukan hanya di Indonesia, vaksin Covid-19 AstraZeneca dilaporkan mengalami sejumlah masalah dari segi keamanan hingga pasokan di sejumlah negara.
Dikutip dari Tribunnews.com, Kamis, (13/05/2021), regulator Eropa mengatakan telah menemukan kasus pembekuan darah pada beberapa penerima vaksin usia dewasa. Hal ini disampaikan pihak regulator Eropa, Rabu (07/04/2021, dikutip dari Reuters.
Baca Juga: AstraZeneca Timbulkan Korban Lagi, Kali Ini di Indonesia Seorang Pria Meninggal Setelah Disuntik
Baca Juga: Penyandang Penyakit Infeksi HIV/AIDS Dua Kali Lebih Berisiko Terkena Gangguan Jantung
Menindaklanjuti temuan itu, kemungkinan kasus pembekuan darah sebagai efek samping potensial ini terbilang sangat langka. Selanjutnya, pasokan vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford ini juga mengalami masalah.
Produksi vaksin mengalami penundaan sehingga pengiriman vaksin ke negara-negara yang membelinya tak tepat waktu.
Masalah keamanan dan pasokan vaksin AstraZeneca terjadi sejak hasil uji coba tahap III yang diterbitkan pada Desember 2020.
Akibat masalah itu, Filipina dan Australia mengumumkan akan membatasi suntik vaksin AstraZeneca, Kamis (08/04/2021), dikutip dari CNBC Asia.
Filipina membatasi vaksinasi untuk orang berusia di bawah 60 tahun, meski demikan, mereka masih percaya manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risikonya.
Australia merekomendasikan orang berusia di bawah 50 tahun harus mendapatkan vaksin Covid-19 Pfizer daripada milik AstraZeneca.
Italia bergabung dengan Prancis, Belanda, dan Jerman dalam merekomendasikan usia minimum untuk penerima vaksin AstraZeneca.
Baca Juga: Trimester Pertama, Ibu Hamil Tidak Disarankan Bepergian Karena Alasan Ini
Selain itu, Inggris mengatakan orang berusia di bawah 30 tahun harus mendapatkan suntikan selain vaksin AstraZeneca.
Diketahui, Korea Selatan telah menangguhkan penggunaan vaksin pada orang berusia di bawah 60 tahun, lalu menyetujui vaksin satu dosis Johnson & Johnson.
Afrika Selatan juga menghentikan vaksinasi AstraZeneca bulan lalu setelah percobaan kecil yang menunjukkan vaksin menawarkan perlindungan minimal terhadap penyakit ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian virus corona lokal yang dominan.
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam pembicaraan dengan China, Kamis (08/04/2021).
Indonesia ingin mendapatkan vaksin sebanyak 100 juta dosis untuk menutup celah dalam pengiriman yang disebabkan oleh keterlambatan kedatangan vaksin AstraZeneca.
Baca Juga: Minum Atau Tidak Minum? Saat Lalat atau Nyamuk Masuk ke Dalam Minuman
Baca Juga: Facebook Dapat Menyebabkan Kecemburuan dan Kekecewaan, Studi
Padahal, vaksin AstraZeneca dipercaya merupakan vaksin yang dianggap sebagai salah satu pelopor dalam perlombaan vaksinasi global. (*)
Source | : | Kompas.com,Reuters,The Daily Sabah,CNBC,Tribun News |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar