GridHEALTH.id - Olahan roti yang paling populer di Indonesia adalah roti bakar.
Roti bakar umumnya dibuat dari roti tawar yang dipanaskan di alat roaster roti atau secar manual di penggorengan.
Roti bakar begitu disukai masyarakat dan menjadi makanan sejuta umat karena rasanya.
Rasa roti bakar sangat kahas dan renyah.
Bahkan asyiknya lagi roti bakar bisa dipadukan dengan aneka toping atau pelengkap roti lainnya. Misal telur, selai.
Tapi dibalik itu semua ternyata menurut beberapa pendapat roti bakar tidak baik bagi kesehatan, bahkan cenderung membahayakan.
Badan Standar Makanan Kerajaan Inggris mengumumkan hasil sebuah penelitian tentang peringatan resiko kesehatan memakan roti bakar.
Pasalnya, bahan makanan yang mengandung tepung akan menghasilkan zat Acrylamide jika dimasak pada suhu yang tinggi.
Acrylamide biasanya terletak pada bagian-bagian gosong yang ada di roti bakar.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Request Tongseng Asu ke Ganjar Pranowo, Tidak Ada Daging Anjing Layak Dikonsumsi
Diungkap oleh Dr. Brent seorang kepala peneliti dari Food Standards Australia and New Zealand bahwa zat ini dapat meracuni tubuh.
Bukan hanya itu, roti bakar juga menjadi salah satu penyebab kanker.
Hal tersebut dikarenakan roti bakar yang dibakar terlalu lama akan menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons (PAHs) dalam jumlah tertentu.
Nah, zat inilah yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker pada tubuh seseorang.
Sebagai informasi, saat ini, kanker masih menjadi penyakit mematikan nomor 1 di Indonesia.
Mengenak hal ini, menurut dr Giotra Mitrou adalah Direktur Research Funding & Science External Relations di World Cancer Research Fund International, yang dipublikasikan di World Cancer Reserch Fund International, ada beberapa yang harus kita perhatikan;
Baca Juga: Efek Samping Mendonorkan Plasma Darah Untuk Terapi Konvalesen, dan Cara Mengatasinya
Penelitian pada hewan
Ketika makanan bertepung dimasak sampai berwarna cokelat tua, senyawa yang disebut akrilamida terbentuk.
Badan Standar Makanan di Inggris telah mengeluarkan beberapa pedoman menarik yang mengatakan bahwa kita harus menghindari memasak makanan bertepung secara berlebihan untuk mengurangi asupan akrilamida kita, yang kemudian akan mengurangi risiko kanker kita.
Pedoman ini dikeluarkan sebagai tanggapan atas survei, yang menemukan bahwa penduduk Inggris sering mengonsumsi banyak makanan yang mengandung akrilamida.
Penelitian pada hewan telah menunjukkan hubungan antara makan makanan matang yang mengandung akrilamida dan risiko kanker, namun penelitian ini dilakukan pada hewan.
Penelitian pada manusia
Kami mendanai beberapa penelitian tentang hubungan antara akrilamida dan risiko kanker pada sebuah penelitian besar terhadap orang-orang di seluruh Eropa.
Ini melibatkan melihat asupan akrilamida dan risiko kanker endometrium dan ovarium pada 368.010 wanita dari 10 negara Eropa yang berbeda.
Menariknya, penelitian ini tidak menemukan bukti kuat untuk hubungan antara makan makanan yang mengandung akrilamida dan risiko kanker pada manusia.
Baca Juga: Waspada, Covid-19 Varian Delta Mudah Ditularkan Dari Orang yang Telah Divaksin
Jelas bahwa ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab tentang topik ini.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara tingkat paparan makanan yang mengandung akrilamida dan risiko berbagai jenis kanker.
Rekomendasi
Kami tahu bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan – tetapi jika Anda memang ingin mengurangi tingkat akrilamida dalam makanan, Food Standards Agency menyarankan agar kita membidik warna kuning keemasan saat memanggang, makanan bertepung seperti kentang, parsnip, dan roti.
Baca Juga: Cara Mudah Cek Status Penerima BLT BPJS 500 Ribu per Bulan, Klik di Sini
Penting juga bagi industri makanan untuk memperhatikan pedoman ini saat memproduksi dan menyiapkan makanan bertepung.
Sementara perdebatan berlanjut mengenai apakah kita harus khawatir tentang akrilamida – ada bukti kuat bahwa banyak faktor gaya hidup lain memiliki dampak signifikan terhadap risiko kanker.
Ini termasuk tidak merokok, menjaga berat badan yang sehat, menghindari alkohol dan mendapatkan aktivitas fisik yang cukup.
Ini berarti bahwa ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi risiko kanker mereka, tetapi untuk roti panggang yang terbakar, hal ini masih tanda tanya.(*)
Source | : | World Cancer Reserch Fund International - Roti bakar |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar