Karenanya Kepala Puskesmas dan Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) pun memutuskan untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di area parkir dengan menggunakan tenda.
Pelayanan lab, farmasi, dan poli semuanya dilakukan di area parkir, kecuali Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Selama bertugas, “Kami kan menggunakan masker N95, kalau berbicara harus keras supaya terdengar oleh pasien. Apalagi kalau lagi pelayanan di area parkir, ya harus agak teriak-teriakan,” kisahnya.
“Sesederhana ke kamar mandi pun harus dipikirkan berkali-kali, karena banyak karyawan yang positif. Kami bingung harus ke kamar mandi mana, karena hampir di tiap lantai ada karyawan positif. Ya udahlah, bismillah aja. Kita semprot-semprot, cuci tangan, itu sudah pasti. Tapi, rasa khawatir saat menggunakan kamar mandi itu ada banget,” tambahnya mengenang kondisi pada 2020.
Sat itu hingga kini kebiasaan makan bersama teman sejawat hanya kenangan bagi dr. Nanda dan nakes-nakes lain yang bertugas.
“Setelah pandemi, makan wajib bergantian, karena tidak boleh membuka masker berbarengan. Membuka masker tuh ibarat membuka jilbablah, kalau kami bilang. Jangan sampai buka masker sembarangan, karena kami harus menjaga diri, keluarga, dan rekan-rekan. Kalau ada yang mau minum pasti bilang dulu, ‘Eh, aku mau buka masker ya, mau minum.’ Sampai seperti itu jika sedang di ruangan, karena kami tak ingin saling menularkan,” papar dr. Nanda menceritakan kembali pengalamannya di awal pandemi Covid-19.
Memberikan Edukasi Terberat ke Keluarga Sendiri
Pada masa vaksinasi yang tengah gencar dilaksanakan, dr. Nanda mendapat tugas sebagai pemegang hotline Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Source | : | Jakarta Smart City - Nakes |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar