GridHEALTH.id - Kewaspadaan terhadap penyakit kanker payudara secara umum menjadi sangat penting mengingat hasil riset The International Agency for Research on Cancer yang mengeluarkan Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence 2020 atau yang kita kenal dengan GLOBOCAN 2020 menunjukkan bahwa kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama.
Dengan sekitar 2,3 juta kasus baru dan 680 ribu kematian, sementara di Indonesia menempati peringkat terbanyak dengan kasus baru mendekati 66 ribu dan tingkat kematian lebih dari 22 ribu jiwa pada 2020.
Triple Negatif Breast Cancer (TNBC) atau kanker payudara tripel negatif dikenal sebagai jenis kanker agresif yang tumbuh dengan pesat, sebab negatif dari estrogen, progesteron, dan juga HER2.
TNBC cenderung sudah menyebar saat ditemukan, dan kemungkinan muncul kembali setelah dirawat lebih tinggi dibandingkan jenis kanker payudara lainnya.
TNBC menjadi penyebab sekitar 10-20% kasus kanker payudara secara total dan menyerang wanita di bawah usia 40 tahun.
Baca Juga: Bulan Peduli Kanker Payudara, Deteksi Dini Kanker Payudara Triple Negatif
Baca Juga: Benarkah Obat Golongan Statin Penurun Kolesterol Bisa Berdampak Pada Risiko Demensia? Ini Faktanya
Menurut sebuah penelitian pada 2014, kejadian TNBC menjadi terbesar kedua di Indonesia diantara tipe kanker payudara lainnya dengan persentase 25%.
Berdasarkan data the American Cancer Society yang dikelola oleh the National Cancer Institute (NCI), secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker payudara triple negatif adalah 77%, tetapi pasien kanker payudara triple negatif stadium lanjut dengan metastasis jauh memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun yang jauh lebih rendah yaitu 12%.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP dalam diskusi daring bertajuk 'Mengenal dan Mewaspadai Kanker Payudara Triple Negatif', Kamis (21/10/2021) mengatakan,
"Kanker payudara sebagai kanker dengan kejadian tertinggi di dunia dan di Indonesia perlu menjadi perhatian serius seluruh unsur masyarakat, hal ini karena pengobatan kanker, termasuk kanker payudara, pada stadium lanjut amatlah mahal dan sulit.
YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh.”
YKI berkomitmen untuk mengevaluasi pendekatan pengobatan inovatif, yang didasarkan pada imunoterapi, di berbagai rangkaian dan stadium kanker payudara.
Baca Juga: 7 Tips Bagi Penyandang Diabetes Untuk Mengurangi Pembengkakan di Kaki
Baca Juga: Manfaat Jahe, Obat Hebal Mengatasi Sakit Kepala Secara Instan
Gejala TNBC serupa dengan jenis kanker payudara lainnya, seperti benjolan baru di payudara atau ketiak, penebalan atau pembengkakan pada bagian payudara.
Terjadi iritasi atau lesung pipit pada kulit payudara, kulit kemerahan atau bersisik di area puting atau payudara, puting tertarik ke dalam atau nyeri di area puting, keluarnya cairan dari puting selain ASI, termasuk darah, perubahan ukuran atau bentuk payudara, ataupun nyeri di setiap area payudara.
Meski kanker payudara triple negatif memiliki gejala yang serupa dengan jenis kanker payudara lainnya, Prof. DR. dr. Ami Ashariati, SpPD.-KHOM, menjelaskan,
“Saat kanker payudara didiagnosis melalui tes pencitraan dan biopsi, sel-sel kanker akan diteliti untuk fitur tertentu.
Jika sel-sel kanker tidak memiliki reseptor estrogen atau progesteron, dan juga tidak memproduksi protein HER2, maka kanker ini dikategorikan sebagai jenis kanker payudara tripel negatif.
Kanker ini sangat agresif sebab tumbuh begitu cepat dan dapat tumbuh kembali meski setelah diobati.”
Lebih lanjut Prof. Ami menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker payudara dengan melakukan SADARI dan deteksi dini kanker payudara,
"Sebab kanker dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium awal, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika terdapat gejala.
Baca Juga: Perut Kembung Akibat Banyak Gas Atasi Dengan Ramuan Jahe dan Kunyit
Baca Juga: Kesehatan Lansia, Berjalan Semakin Lambat Menandakan Risiko Demensia
Selain itu, dibarengi dengan penerapan pola hidup sehat, makan makanan bergizi, berhenti merokok, tidak mengonsumsi alkohol, berolah raga secara teratur, dan jangan lupa menghindari stress dan cukup istirahat.” (*)
Source | : | webinar |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar