GridHEALTH.id - Kanker serviks merupakan tumor ganas yang terjadi pada leher rahim.
Jenis kanker ini tidak hanya bisa terjadi pada wanita yang berusia 30-45 tahun, tapi juga pada usia muda.
Melakukan hubungan intim di usia yang sangat muda, meningkatkan kemungkinan untuk mengalami kanker serviks.
Dikutip dari American Cancer Society Journals, Selasa (09/11/2021), kanker serviks adalah kanker yang paling sering didiagnosis dan menjadi penyebab utama kematian keempat akibat kanker pada wanita.
Baca Juga: Jumlah Kasusnya Banyak di Indonesia, Kanker Serviks Bisa Dialami Wanita Muda
Data Global Cancer Statistic melaporkan bahwa pada 2020, terdapat 604.000 kasus baru kanker serviks dan 342.000 kematian di dunia.
Disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV), kanker serviks memiliki masa inkubasi yang lama hingga bertahun-tahun dan gejala yang ditimbulkan pun, kadang tidak disadari.
Padahal mendeteksi kanker serviks sedini mungkin, merupakan hal yang penting agar pengobatan berhasil dan kondisinya tidak semakin memburuk.
Baca Juga: Keputihan Abnormal, Gejala Kanker Serviks yang Sering Tidak Disadari
Kabar baiknya, kanker serviks bisa dicegah dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Onkologi, Dr dr Chamim, Sp.OG (K) Onk dari Brawijaya Healthcare Group.
“Kanker serviks satu-satunya kanker yang bisa dicegah secara medis. Bisa dicegah melalui dua cara, yaitu primer dan sekunder,” kata dokter Chamim kepada GridHEALTH dalam liputan khusus, Kamis (04/11/2021).
Pencegahan primer yang dimaksud adalah dengan membentuk antibodi pada perempuan, dengan melakukan vaksinasi HPV.
“Pencegahan primer itu artinya kita membentuk atau membuat antibodi di tubuh si pasien atau orang per orang. Seperti zaman sekarang ini, terhadap Covid-19,” ujar dokter Chamim.
Vaksinasi HPV bertujuan untuk membentuk antibodi pada seorang perempuan, agar saat terpapar virus Human papilloma, maka tidak berubah menjadi kanker.
Sedangkan pencegahan sekunder, bisa dilakukan dengan metode pap smear dan thin prep.
Kedua metode tersebut menurut dokter Chamim dilakukan untuk mendeteksi, apakah ada pertumbuhan sel yang abnormal di leher rahim.
Baca Juga: Pra-Kanker Serviks Bisa Disembuhkan, Deteksi Dini dengan Papsmear
“Pap smear dilakukan dengan mengambil sample cairan di vagina dan dioleskan ke object glass dan diperiksa di laboratorium,” kata dokter Chamim.
Selain pap smear yang sudah banyak diketahui oleh orang-orang, terdapat juga metode pemeriksaan thin prep.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Anak Usia 6-11 Tahun Akan Dilaksanakan di Sekolah, Ini Syaratnya
Dokter Chamim menjelaskan, bahwa metode thin prep sebenarnya memiliki kemiripan dengan pap smear, namun keduanya tetap mempunyai perbedaan.
“Sebenarnya sama saja, thin prep ini berbasis cairan juga. Cuma (sample dari vagina) tidak dioleskan secara langsung ke object glass, jadi dimasukkan ke dalam cairan,” jelasnya.
Pemeriksaan dengan metode thin prep memiliki tingkat akurat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pap smear.
Baca Juga: Waspadai Penyebaran Penyakit Infeksi Hepatitis, Jika Alami Gejala Ini Segera Periksakan ke Dokter
Source | : | American Cancer Society |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar