Douglas Storey dari JHCCP menjelaskan survei ini sudah dilakukan pada 14 juta responden sejak bulan Mei 2021 lewat media sosial Facebook.
Survei oun masih berjalan dengan data terus diperbarui setiap dua minggu.
Douglas mengatakan, dikutip dari DW.com (13/10/2021) setidaknya ada tiga alasan yang paling banyak diutarakan responden.
Alasan yang utama yaitu masih adanya keraguan terhadap keamanan vaksin.
Berikutnya ada yang menolak karena ingin menunggu, khawatir terhadap biaya, alasan agama, dan merasa yakin tidak butuh vaksin.
"Kira-kira 49 persen beralasan cemas tentang efek samping, itu garis tren yang di atas sekali. Sebanyak 37 persen ingin menunggu melihat apakah vaksin itu aman," papar Douglas dalam diskusi yang disiarkan LaporCovid-19, Rabu (13/10/2021).
Baca Juga: Penyandang Diabetes Jangan Sembarangan Menggunting Kuku, Perhatikan 8 Hal Ini
"Penyampaian pesan perlu difokuskan pada keamanan vaksin yang telah terbukti. Dan efek samping akibat COVID dibandingkan dengan efek samping vaksin yang sangat lebih lebih parah," pungkasnya.
Dilain pihak, sebuah survei yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) di 24 provinsi ditemukan, sebanyak 35 persen populasi yang belum dan enggan divaksinasi memiliki skor Covid-19 Preventive Behavior Index (CPBI) atau tingkat perilaku pencegahan yang rendah.
Skor CPBI yang rendah berarti perilaku pencegahan mereka jelek. Hal yang cukup mengkhawatirkan dan mengejutkan kami adalah justru mereka yang belum divaksin yang skor perilaku pencegahannya jelek.
"Kami bisa katakan hasil penelitian HCC menunjukkan orang Indonesia yang tidak mau dan belum divaksinasi Covid-19 justru mereka yang tindakannya tidak sesuai dengan prokes," jelas peneliti HCC Dr. dr. Ray Wagiu dalam konferensi pers virtual, Senin (15/11/2021).
Baca Juga: Inilah 13 Khasiat Obat Alami Daun Mint Yang Belum Banyak Diketahui
Source | : | Kemenkumham.go.id-Vaksin,Dw-vaksin,Suara-vaksin |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar