GridHEALTH.id - Menjadi masyarakat digital kita harus kritis dan berilmu, jika tidak kita akan termakan oleh jebakan dan settingan para pelaku pembuat konten fake yang tidak bertanggung jawab.
Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, semakin banyak informasi kesehatan fake, dibuat oleh orang-orang tidak bertanggung jawab, yang tentunya merugikan kita semua.
Dari hasil pelecakan dan investigasi, pemerintah menemukan 331 informasi hoax selama pandemi tentang vaksin Covid-19.
Undangan Vaksin Booster Covid-19
Beredar informasi melalui pesan berantai WhatsApp, isinya undangan vaksinasi Covid-19
ketiga atau booster.
Dalam pesan tersebut juga terdapat informasi jam vaksinasi Covid-19 yang dibagi dalam dua gelombang, yaitu pukul 09.25 dan 09.30.
Namun untuk lokasi kegiatan vaksinasi, terdapat sensor, sehingga tidak bisa diketahui.
Faktanya, informasi tersebut fake.
Baca Juga: Gula Darah Tinggi Sebabkan Penyandang Diabetes Sakit Perut, Ini Yang Harus diperhatikan
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. mengatakan pihaknya tidak mengetahui perihal informasi yang beredar tersebut.
Nadia pun menegaskan, booster saat ini hanya untuk kelompok tenaga kesehatan (nakes). Oleh karena itu, ia menyatakan pesan tersebut tidak benar atau hoaks.
"Yang pasti tidak ada booster ke-3 untuk non nakes, sumbernya (pesan) tidak jelas berarti hoaks kan," ujar Nadia.
Jerman Hentikan Penyuntikan Vaksin Covid-19 bagi Warganya
Beredar unggahan di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa Jerman menghentikan
sementara penyuntikan vaksin Corona, karena dinilai tidak aman.
Unggahan tersebut juga mengklaim, orang-orang yang telah mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama tidak bisa mendapatkan dosis kedua.
Baca Juga: Melioidosis , Penyakit Infeksi Akibat Bakteri Muncul di Negara Tropis
Faktanya, mengutip dari lembaga pengecekan fakta Misbar, klaim tersebut berasal dari video berbahasa Jerman yang diunggah oleh akun bernama Corona-Ausschuss.
Namun, isi video tersebut berupa hipotesis terkait upaya Pemerintah Jerman keluar dari pandemi Corona, bukan tindakan nyata yang diambil oleh Pemerintah Jerman.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn melalui akun Twitternya pada
25 Agustus 2021 mengabarkan, 100 juta warganya telah disuntik vaksin Corona.
Ia mengatakan pencapaian tersebut merupakan bagian dari sejarah.
Vaksin Covid-19 Sebabkan Penyakit Menular di Amerika
Beredar sebuah gambar dengan narasi berbahasa Inggris yang menyebut bahwa vaksin
Covid-19 mengakibatkan penyakit menular di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Waspada, Risiko Kekurangan Gizi Pada Penyandang Diabetes Lansia
Gambar tersebut memuat foto Anthony Fauci, seorang ilmuwan terkenal asal AS dalam video interview CBS Face The Nation pada 1 Agustus 2021 lalu.
Faktanya, klaim Fauci mengatakan vaksin Covid-19 menyebarkan penyakit menular adalah keliru.
Dalam video interview tersebut presenter acara John Dickerson bertanya kepada Fauci mengenai varian Delta. Fauci pun menjawab bahwa adanya vaksin tidak secara menyeluruh dapat mematikan virus, terutama virus Delta yang mutasinya lebih cepat dan menimbulkan perburukan lebih berbahaya.
Dalam video itu, tidak ada pernyataan Fauci yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 yang menyebabkan terjadinya infeksi dan penyakit menular.
Vaksin Pfizer Menyerang Sel darah Putih, Sebabkan Imunitas Lemah
Beredar unggahan di media sosial Facebook berisi klaim hasil studi yang menyebutkan bahwa vaksin Pfizer menyerang sel darah putih hingga menyebabkan sistem imun lemah.
Dalam unggahan yang beredar, studi itu mencatut nama lembaga Francis Crick Institute London, Inggris.
Klaim tersebut menyebutkan vaksin Pfizer merusak sel darah putih bernama sel T dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Faktaya, berdasarkan hasil, klaim yang menyebutkan vaksin Pfizer menyebabkan sel darah putih rusak dan melemahkan imun adalah tidak benar atau fakes.
Peneliti dari Francis Crick Institute, David Bauer mengatakan kepada AP News, semua penelitian yang diterbitkan hingga saat ini menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan varian vaksin lainnya menghasilkan respons sel T yang kuat, positif, dan protektif melawan virus Covid-19.
Hal senada juga dikatakan oleh profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat, Dr. Joel Blankson.
Dirinya Ia mengatakan vaksin Corona tidak menghancurkan atau merusak sel T.
“Ada banyak data yang menunjukkan bahwa vaksin menginduksi respons sel T yang kuat untuk
mengenali virus dan melawan virus Covid-19 bersama dengan sistem antibodi di dalam tubuh,” ujar Blankson.
KIPI Vaksin Covid-19 Sebabkan Seorang Anak di Gorontalo Lumpuh
Beredar di media sosial sebuah video yang berisi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang
dialami seorang siswa di Kecamatan Tolinggula, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Dalam video tersebut terlihat siswa tersebut menangis karena merasakan tangannya tidak bisa
digerakkan usai menjalani vaksinasi Covid-19.
Faktanya, video yang mengklaim bahwa tangan seorang siswa lumpuh setelah vaksinasi
Covid-19 adalah keliru.
Baca Juga: Seorang Nakes di Sulsel Didenda 2 Miliar Setelah Temukan Makanan Berformalin di Pasar
Berdasarkan informasi dari Situs Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, orang tua dari siswa tersebut menjelaskan bahwa anaknya hanya mengalami kram pada lengan kirinya.
Ia membantah kabar yang beredar bahwa anaknya mengalami lumpuh pada tangannya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara, Rizal Yusuf Kune juga menyatakan bahwa memang benar siswa yang mengalami kram di tangan pasca vaksinasi sudah mendapatkan penanganan yang tepat.
Saat ini kondisi siswa tersebut telah membaik dan beraktivitas seperti biasa.
Pasca vaksin Covid-19 2 Anak di Australia Meninggal Dunia
Beredar sebuah potongan video disertai dengan klaim yang menyebut ada dua orang anak meninggal akibat vaksin Covid-19 di kota Sydney, Australia.
Baca Juga: Cara Mengatasi Ruam Karena Pakai Popok pada Orang Dewasa dan Lansia
Faktanya, klaim tersebut adalah salah. Dilansir dari AFP, Departemen Kesehatan Australia mengatakan badan yang bertanggung jawab untuk memantau keamanan vaksin yakni Therapeutic Goods Administration, belum mencatat data kematian yang terkait dengan vaksin Covid-19.
Sebelumnya Australia telah mencatat tujuh kematian terkait vaksin dari vaksin AstraZeneca, yang sejauh ini hanya diberikan kepada orang dewasa.
Adapun pada tanggal 31 Agustus 2021, Pfizer-BioNTech baru disetujui untuk anak berusia 12 tahun ke atas di Australia.
Mengenai informasi Fake lainnya yang total ada 331 bisa klik di SINI.(*)
Baca Juga: 4 Penyebab Ketiak Sakit Selain Kanker Payudara dan Cara Mengobatinya
Source | : | Kominfo - Fake Vaksin Covid-19 |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar