Jumlah itu sudah termasuk biaya dua kali tes usap dan konsumsi. “Saya bilang tidak punya uang sebanyak itu untuk karantina,” ucap Riza dalam laporan Majalah Tempo edisi 18 Desember 2021.
Laki-laki 35 tahun itu sempat menawar biaya kamar Rp 300 ribu per malam.
Namun petugas menolak dan mengatakan tarif itu paling murah dibanding hotel lain.
Tak sepakat, Riza disuruh bergabung dengan puluhan penumpang yang tak sanggup membayar biaya karantina di hotel.
Sebagian orang dari yang berjumlah puluhan tersebut, melansir Tempo.co (21/12/2021), adalah anggota jemaah tablig yang baru pulang dari Pakistan.
Masih menurut pengakuan Riza, jelang tengah malam seorang petugas menghampiri untuk mendata identitas mereka.
Para WNI yang terlunta-lunta di badara itu pun diminta naik ke bus Damri menuju Rumah Susun Pasar Rumput, Jakarta Pusat.
Rusun itu salah satu lokasi karantina terpusat yang disediakan secara gratis oleh pemerintah.
Rabu dinihari, 15 November lalu, seorang tenaga kesehatan mengambil sampel tes usap. Jika hasilnya negatif, Riza bisa langsung pulang tanpa perlu menunggu masa karantina rampung.
Kebijakan tersebut menhurut Riza dikarenakan Rusun Pasar Rumput makin penuh. Esoknya, hasil tes keluar dan Riza dinyatakan negatif. Ia hanya menjalani karantina selama delapan hari.
Source | : | Banten TribunNews-bandara,Tempo.co-Bandara |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar