GridHEALTH.id - Ada dua jenis obat pereda nyeri utama yang bisa didapatkan saat seorang ibu menghadapi persalinan.
Anestesi membantu memblokir, atau mencegah, rasa sakit. Analgesik membantu menghilangkan rasa sakit.
Dengan kedua bentuk tersebut, kemungkinan kita masih akan merasakan sakit sebelum, selama, atau setelah melahirkan. Tidak semua orang memenuhi syarat untuk pengobatan berdasarkan kondisi medis mereka saat ini.
1. ANESTESI
Anestesi regional: Jenis perawatan ini memengaruhi bagian tubuh. Ini dapat digunakan jika melahirkan secara normal atau operasi caesar.
Blok epidural adalah bentuk obat yang paling umum digunakan saat ini selama persalinan. Dalam epidural, obat disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang di punggung bawah melalui tabung tipis (kateter).
Ini memblokir saraf yang berjalan dari tulang belakang ke bagian bawah tubuh di bawah pusar. Dokter melepaskan jumlah obat yang diinginkan melalui epidural, yang sebagian besar membuat mati rasa daerah yang terkena.
Sebuah blok tulang belakang mirip dengan epidural, kecuali obat disuntikkan melalui jarum bukan kateter. Blok tulang belakang bukan praktik umum saat melahirkan.
Blok spinal-epidural (CSE/Combined Spinal-Epidural Anesthesia) gabungan adalah saat kita mendapatkan blok tulang belakang dan epidural.
Baca Juga: Gaya Hidup Sehat Dimulai Sejak Rutin Sarapan, Ini Manfaatnya
Anestesi lokal: Jenis perawatan ini mematikan area tertentu, seperti rahim, vagina, atau perut.
Ini dapat digunakan jika kita melahirkan secara normal atau operasi caesar. Salah satu contohnya adalah blok pudendal, yang membantu mematikan rasa di area sekitar vagina dan anus. Pemberian obat ini dilakukan tepat sebelum persalinan dimulai.
Anestesi umum: Jenis perawatan ini mempengaruhi saraf di seluruh tubuh. Kita tidak akan merasakan sakit karena itu membuat kita tertidur.
Ini terutama digunakan dalam operasi caesar darurat ketika ada masalah medis dengan ibu atau bayinya.
2. ANALGESIK
Opioid (golongan narkotika) membantu mengurangi rasa sakit. Mereka dapat diberikan secara lokal atau regional melalui suntikan atau IV (intravena).
Obat pereda nyeri ini bisa menimbulkan efek samping, seperti membuat Anda lelah, mual, atau pusing.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
- Meskipun dokter dan pasien dapat berdiskusi tentang rencana persalinan termasuk pemberian obat pereda nyeri, perlu diingat bahwa rencana dapat berubah berdasarkan pra-persalinan dan persalinan.
Baca Juga: Makan Enak Tetap Sehat Ternyata Bisa, Begini Cara Mensiasatinya
Baca Juga: Jangan Khawatir, Anak Dengan Diabetes Bisa Memiliki Masa Depan Cerah
Faktor yang mempengaruhi termasuk ukuran dan posisi bayi, keadaan fisik dan emosional ibu, dan proses persalinan (bergerak cepat atau lambat).
- Itu juga tergantung pada apakah ibu akan menjalani persalinan pervaginam atau sesar (C-section).
C-section adalah operasi untuk mengeluarkan bayi melalui lubang di rahim dan perut. Operasi ini dimungkinkan untuk menerima lebih dari satu bentuk obat pereda nyeri selama proses persalinan.
- Rencana yang didiskusikan dengan dokter harus memberi gambaran pada calon ibu tentang apa yang diharapkan selama persalinan. Misalnya, banyak obat harus dimulai sebelum persalinan aktif, atau mendorong.
- Kita juga harus memiliki rencana cadangan dengan dokter jika terjadi masalah. Ingatlah bahwa obat-obatan akan hilang seiring waktu, jadi bicarakan dengan dokter tentang cara mengobati rasa sakit yang berkelanjutan jika persalinan telah selesai.
Baca Juga: Gelombang Ketiga Covid-19 Dapat Menyebabkan Penurunan Kognitif dan Fungsional, Studi
Baca Juga: 10 Langkah Menjalani Gaya Hidup Sehat, Dimulai dari Makanan Bergizi
- Obat apa pun yang diminum saat melahirkan juga akan masuk ke bayi melalui tali pusar. Beberapa bentuk manajemen nyeri dapat memiliki efek negatif pada bayi.
Pastikan untuk mendiskusikan pro, kontra, dan efek dari setiap jenis obat pereda nyeri dengan dokter terlebih dahulu. (*)
Source | : | Family Doctor,American Pregnancy Association |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar