Pada akhir abad ke-19, ahli biologi Prancis Louis Pasteur mengembangkan vaksin melawan rabies dengan menginfeksi kelinci dengan bentuk virus yang dilemahkan.
Tetapi sekali lagi proses tersebut memicu ketidakpercayaan dan Pasteur dituduh mencari keuntungan dari penemuannya dan menciptakan "rabies laboratorium".
4. 1920-an: Masa kejayaan vaksin
Vaksin berkembang pesat pada tahun 1920-an, suntikan diluncurkan terhadap tuberkulosis dengan BCG (1921), dengan vaksin untuk difteri (1923), tetanus (1924) dan batuk rejan (1926) juga dikembangkan sepanjang dekade.
Itu juga ketika garam aluminium mulai digunakan untuk meningkatkan efektivitas vaksin.
Baca Juga: Ini yang Harus Dilakukan Bila Terjadi Infeksi Mata Bayi Baru Lahir
Tetapi lebih dari setengah abad kemudian garam-garam ini menjadi sumber kecurigaan, dengan suatu kondisi yang menyebabkan lesi dan kelelahan yang disebut myofasciitis macrophagic yang diduga disebabkan oleh mereka.
5. 1998: Studi autisme palsu
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal medis terkemuka The Lancet pada tahun 1998 menyarankan ada hubungan antara autisme dan campak, gondok dan rubella yang dikenal sebagai vaksin MMR.
Makalah oleh Andrew Wakefield dan rekan-rekannya terungkap bertahun-tahun kemudian sebagai penipuan dan ditarik kembali oleh jurnal, dengan Wakefield dicoret dari daftar medis.
Meskipun penelitian selanjutnya menunjukkan tidak adanya hubungan seperti itu, makalah palsu masih menjadi referensi untuk anti-vaxxers dan meninggalkan jejaknya.
Baca Juga: 7 Pengobatan Rumahan Untuk Menghilangkam Kram Otot di Kaki dan Tangan
Baca Juga: Pancuran Air di Kamar Mandi Bisa Sebabkan Penyakit Infeksi Paru, Studi
Studi Wakefield muncul kembali di Amerika Serikat pada tahun 2016 dalam sebuah film teori konspirasi kontroversial berjudul "Vaxxed."
Campak membunuh 207.500 orang pada 2019, melonjak 50% sejak 2016, dengan peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa cakupan vaksin menurun secara global.
6. 2009: Ketakutan flu babi
Penemuan "flu babi" atau H1N1 pada tahun 2009 yang disebabkan oleh virus dari famili yang sama dengan flu Spanyol yang mematikan, menimbulkan kekhawatiran besar.
Tapi H1N1 tidak mematikan seperti yang ditakuti pertama kali dan jutaan dosis vaksin yang diproduksi untuk melawannya dihancurkan, memicu ketidakpercayaan terhadap kampanye vaksinasi.
Baca Juga: Tekanan Darah Pada Lansia Mulai Turun 14 Tahun Sebelum Kematian, Studi
Baca Juga: 5 Pengobatan Rumahan Untuk Mengatasi Gusi Berdarah (Gingivitis)
Masalah diperparah dengan penemuan bahwa salah satu vaksin, Pandemrix, meningkatkan risiko narkolepsi.
Dari 5,5 juta orang yang diberi vaksin di Swedia, 440 harus diberi kompensasi setelah mengalami gangguan tidur.
7. 2020: Teori konspirasi polio
Diberantas di Afrika sejak Agustus 2020 berkat vaksin, polio masih menjadi momok di Pakistan dan Afghanistan di mana penyakit yang menyebabkan kelumpuhan pada anak kecil, tetap endemik.
Teori konspirasi anti-vaksin telah memungkinkannya untuk terus menghancurkan kehidupan.
Baca Juga: Brokoli Dapat Mencegah Pengerasan Pembuluh Darah Leher Pada Lansia
Baca Juga: 5 Cara Atasi Insomnia, Gangguan Tidur yang Menurunkan Kualitas Hidup
Di Afghanistan, rezim Taliban menentang kampanye vaksin, menyebut mereka sebagai plot Barat untuk mensterilkan anak-anak Muslim.
Namun, ketika mereka kembali berkuasa tahun lalu mereka memutuskan untuk bekerja sama dengan WHO dan UNICEF.(*)
Source | : | The Huffington Post,Reuters |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar