GridHEALTH.id - Saat kita berolahraga, tubuh membutuhkan energi ekstra dari gula darah, yang juga disebut glukosa.
Ketika kita melakukan sesuatu dengan cepat, seperti lari cepat untuk mengejar bus, otot dan hati melepaskan glukosa untuk bahan bakar.
Olahraga biasanya menurunkan level Jika pasien diabetes menggunakan obat insulin atau obat diabetes, peningkatan intensitas atau durasi latihan dapat berarti kita harus menyesuaikan camilan, obat-obatan, atau keduanya.
Hasil besar datang ketika kita melakukan olahraga ringan untuk waktu yang lebih lama, seperti mendaki.
Otot mengambil lebih banyak glukosa saat kita melakukannya. Ini membantu menurunkan kadar gula darah. Jika melakukan olahraga yang intens, kadar gula darah mungkin naik, sementara, setelah kita berhenti.
Olahraga yang terlalu keras dapat meningkatkan gula darah dengan mempersulit sel-sel otot untuk menggunakan insulin.
Latihan membantu memompa dengan menyebabkan robekan kecil pada serat otot. Ketika mereka sembuh, otot lebih kuat.
Tetapi jika kita tidak terbiasa dengan latihan super berat seperti HIIT (pelatihan interval intensitas tinggi), mereka dapat melakukan begitu banyak kerusakan sehingga hari-hari berlalu sebelum kita merasa ingin bergerak lagi.
Selama waktu itu, sel-sel otot kita tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, dan itu akan meningkatkan kadar gula darah.
Baca Juga: Penyandang Diabetes Wajib Berolahraga Setiap Hari, Ini Alasannya
Baca Juga: 68 Persen Kasus Meninggal Belum Dapat Vaksin Lengkap, Pemerintah Kerja Target Vaksin Pertama
Mungkin juga meningkat jika kita melewatkan latihan. Jika kita sangat sakit sehingga kita tidak dapat melakukan sesi olahraga berikutnya, kita mungkin perlu menghentikannya.
Tidak perlu terburu-buru. Lebih baik membangun intensitas secara perlahan saat kita terbiasa dengan rutinitas baru. Kita lebih cenderung untuk tetap melakukannya jika kita tidak merasa seperti kelelahan.
Apakah olahraga dapat menyakiti sendi? Diabetes jangka panjang dapat mempengaruhi mereka.
Seiring waktu, gula darah mulai menumpuk di dalamnya, sebuah proses yang disebut "glikasi."
Kontrol yang baik atas penyakit kita dapat membantu menundanya, tetapi semakin lama kita menderita diabetes, semakin besar kemungkinan itu akan terjadi.
Glikasi dapat membuat send kaku dan rapuh. Berlari dengan HIIT atau melakukan banyak gerakan cepat mungkin berisiko, satu gerakan yang salah dapat menyebabkan cedera.
Rutinitas yang membuat kita melakukan gerakan yang sama berulang kali dapat menyebabkan masalah. Sendi yang kaku juga dapat merusak keseimbangan, membuat kita gampang jatuh.
Banyak orang dengan diabetes tipe 2 menggunakan obat kolesterol yang disebut statin. Mereka dapat menyebabkan nyeri otot atau sendi, sehingga sulit bagi kita untuk melakukan gerakan berdampak tinggi dengan benar atau cepat. Obat-obatan ini juga membuat cedera otot atau sendi lebih mungkin terjadi.
Di sisi lain, olahraga seperti yoga, Pilates, dan tai chi adalah pilihan yang baik. Mereka akan membantu kita membangun kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas.
Baca Juga: Anak Bintitan? Tak Perlu Khawatir, Begini Cara Menyembuhkannya
Baca Juga: Healthy Move, 3 Jenis Latihan Untuk Mempertahankan Kesehatan Jantung
Beberapa masalah kesehatan yang menyertai tipe 2 dapat menjadi lebih buruk atau meningkatkan peluang kita untuk cedera, tergantung pada jenis olahraga yang kita lakukan.
- Kerusakan saraf terkait diabetes. Jenis yang oleh dokter disebut "neuropati perifer" dapat membuat kita kehilangan perasaan pada kaki dan jari kaki.
Ini juga dapat memengaruhi keseimbangan dan meningkatkan peluang untuk jatuh. Jika kita memilikinya, cobalah untuk tidak berlari atau melompat. Pilih olahraga yang tidak memengaruhi persendian, seperti berenang.
Jenis kerusakan saraf lainnya, neuropati otonom, dapat membuat kita pingsan jika bergerak terlalu cepat.
- Masalah mata. Diabetes dapat menyebabkan pembuluh darah baru tumbuh di mata. dokter mungkin menyebutnya "retinopati proliferatif." Mereka lemah dan sering bocor.
Saat kita melompat, mengangkat beban berat, melakukan gerakan menghentak, atau menundukkan kepala (seperti dalam pose yoga tertentu), pembuluh darah yang rapuh ini bisa berdarah.
Jika rajin melakukan pemeriksaan mata tahunan, dokter mata dapat memberi tahu latihan yang aman.
Perlu diperhatikan bahwa kehilangan rasa pada kaki, dan penyakit mata terkait diabetes seringkali tidak memiliki gejala sejak dini. (*)
Baca Juga: Sama-sama Bikin Gatal di Rambut, Ini Cara Membedakan Ketombe dan Kutu
Source | : | WebMD,Diabetes UK |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar