GridHEALTH.id - Tak sedikit yang beranggapan bahwa masturbasi yang terlalu sering dapat menyebabkan pria mengalami disfungsi ereksi (DE).
Diketahui disfungsi ereksi sendiri merupakan kondisi dimana ketidakmampuan pria mencapai atau mempertahankan ereksi dengan baik saat berhubungan intim.
Menurut laman my.clevelandclinic.org (14/10/2019), jika terus dibiarkan, disfungsi ereksi tentu sedikit banyak akan memengaruhi kesehatan mental pria.
Sebab mereka akan merasa hubungan intim yang dilakukan bersama dengan pasangan tidak berjalan dengan memuaskan.
Namun benarkah kebanyakan masturbasi dapat menyebabkan disfungsi ereksi?
Faktanya tidak demikian, lo.
Menurut laman healthline (8/3/2021), anggapan tersebut memang sudah banyak tersebar di masayarakat.
Namun hal itu ternyata hanya mitos belaka yang tidak berdasarkan fakta ilmiah.
Pasalnya, masturbasi tidak secara langsung menyebabkan disfungsi ereksi.
Baca Juga: Setelah Masturbasi Alat Kelamin Pria Ini Terjepit dan Membusuk di Botol Plastik
Mitos tersebut mengabaikan faktor-faktor fisik dan mental dari disfungsi ereksi.
Beberapa penelitian menunjukkan, sering masturbasi dapat berkontribusi pada disfungsi ereksi dengan membuat seseorang tidak peka terhadap citra dan keintiman fisik tertentu.
Tapi masturbasi tidak sertamerta membuat pria yang sering melakukannya akan mengalami impotensi.
Pada penelitian mereka yang suka menonton pornografi, beberapa efek neurologis dari pornografi telah dipelajari, namun tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa menonton film porno dapat menyebabkan respons fisik yang mengakibatkan disfungsi ereksi.
Studi lain mengamati pria yang menjalani terapi pelaku untuk meningkatkan komunikasi dengan pasangannya.
Para peserta penelitian memiliki lebih sedikit keluhan mengenai disfungsi ereksi.
Meski masturbasi tidak disebutkan dalam penelitian ini, ia menunjukkan bahwa komunikasi yang lebih baik antara pasangan dapat membantu mengatasi disfungsi ereksi.
Penyebab disfungsi ereksi
Perlu diketahui, gairah seksual pria adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot, dan pembuluh darah.
Melansir laman mayoclinic.org (3/12/2021), disfungsi ereksi dapat terjadi akibat masalah dengan salah satu dari ini.
Baca Juga: Perempuan Lebih Mudah Mengantuk Usai Bercinta, Pria Lebih Banyak Melakukan Masturbasi
Demikian juga, stres dan masalah kesehatan mental dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi ereksi.
Terkadang kombinasi masalah fisik dan psikologis menyebabkan disfungsi ereksi.
Misalnya, kondisi fisik kecil yang memperlambat respons seksual kita dapat menyebabkan kecemasan tentang mempertahankan ereksi.
Kecemasan yang dihasilkan dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi ereksi.
Seiring bertambahnya usia, ereksi mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang dan mungkin tidak sekuat sebelumnya.
Pria lebih tua mungkin membutuhkan lebih banyak sentuhan langsung ke penis untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi.
Untuk lebih jelasnya, berikut faktor risiko yang dapat berkontribusi terhadap disfungsi ereksi:
- Kondisi medis, terutama diabetes atau kondisi penyakit jantung.
- Penggunaan tembakau atau merokok. Ini dapat membatasi aliran darah ke pembuluh darah dan arteri, yang seiring waktu dapat menyebabkan kondisi kesehatan kronis yang menyebabkan disfungsi ereksi.
Baca Juga: Setelah Minum Kopi Saset Merasakan Hal Ini, Bisa Jadi Ada Campuran Obat Impotensi
- Kelebihan berat badan, terutama jika pria mengalami obesitas.
- Perawatan medis tertentu, seperti operasi prostat atau perawatan radiasi untuk kanker.
- Cedera, terutama jika merusak saraf atau arteri yang mengontrol ereksi.
- Obat-obatan, termasuk antidepresan, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengobati tekanan darah tinggi, nyeri, atau kondisi prostat.
- Kondisi psikologis, seperti stres, kecemasan atau depresi.
- Penggunaan narkoba dan alkohol, terutama jika kita pengguna narkoba jangka panjang atau peminum berat.(*)
Baca Juga: 6 Teknik Menunda Ejakulasi Bagi Pria yang Mengalami Ejakulasi DIni
Source | : | Mayoclinic.org,Healthline,My.clevelandclinic.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar