GridHEALTH.id - Beberapa hari belakangan, disebutkan kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami penurunan.
Tapi sejak 14 Maret 2022 kemarin, kasus Covid-19 disebut mengalami kenaikan.
Malah jelang Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi ini, ramai diberitakan Indonesia sudah dimasuki virus varian baru.
Virus varian baru ini adalah Omicron siluman alias son of Omicron.
Mengenai hal ini epidemiolog Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan kita semua subvarian BA.2 Omicron bisa menyebabkan ledakan baru kasus Covid-19.
Untuk itu, ia mengingatkan pelonggaran berbagai aturan seharusnya tidak dilakukan secara bersamaan.
"BA.2 ini berpotensi menyebabkan adanya ledakan baru. Saya tidak menakut-nakuti, saya bicara apa adanya," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/3/2022).
Bukan tanpa dasar Dicky menyimpulkan subvarian BA.2 yang dikenal dengan sebutan Omicron Siluman bisa menyebabkan Indonesia kembali mengalami lonjakan kasus Corona.
Sebab berdasarkan penelitian terbaru, Omicron Siluman punya daya infeksi yang lebih tinggi.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Awam Terkait Kolesterol, Termasuk Kapan Perlu Tes
"BA.2 serius sekali ancamannya karena dari hasil laporan, salah satunya seperti (riset) dari Tokyo, kita melihat bahwa BA.2 ini 4x lebih dari Delta. Dan yang paling menjadi catatan atau perhatian juga adalah, dia memiliki potensi 10x lebih besar dari BA.1," papar Dicky.
Prihal Omicron Siluman, Pemerintah telah mewaspadainya.
Dari keterangan Pemerintah pusat, didpat informasi jika kasus infeksi Covid-19 varian Omicron siluman sudah terdeteksi di Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sejauh ini sudah ada 330 kasus Omicron siluman di Indonesia siluman.
Menular Jauh Lebih Cepat
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menuturkan, subvarian Omicron BA.2 atau Omicron siluman memiliki kemampuan menular lebih cepat daripada varian Omicron yang sekarang.
“Beberapa studi mengatakan, mengapa subvarian BA.2 menjadi kekhawatiran karena dikatakan varian BA.2 lebih cepat menular daripada Omicron yang sekarang," terang Nadia kepada Kompas.com, Kamis (3/3/2022).
Selain memiliki kemampuan menular lebih cepat, varian Omicron siluman juga mempunyai kemampuan mengelabui sistem kekebalan yang lebih baik dibandingkan subvarian BA.1.
Akibatnya, orang yang terpapar corona varian Omicron siluman ini akan lebih mudah sakit, dan virus tersebut juga berisiko menyebabkan penyakit parah pada pasien.
Baca Juga: Covid-19 Bikin Badan Pegal dan Linu, Ini 4 Cara untuk Meredakannya
"Subvarian BA.2 meningkatkan kemampuan untuk membuat orang yang sudah sembuh menjadi sakit lagi, reinfeksi lebih tinggi pada orang yang terinfeksi dengan BA.2. Tapi kalau kita lihat dari sisi diagnostik dia (Omicron siluman) tidak bisa dideteksi dengan SGTF," terang Nadia.
Sementara itu, melansir dari CNBC, virus ini 1,5 kali lebih menular dari BA.1 atau pendahulunya.
Masih dalam tahap pemantauan dan penelitian mengenai tingkat keganasannya.
Namun sejauh ini memang yang menjadi warning bagi kita semua adalah penularannya yang lebih cepat.
Varian ini bisa menginfeksi siapapun, termasuk mereka yang sudah mendapatkan vaksin.
Untungnya tingkat keparahannya akan jauh lebih ringan daripada yang belum memiliki kekebalan terhadap Covid-19.
Tapi, tetap jangan remehkan potensi penularan virus ini, karena kecepatan menginfeksinya bisa semasif yang kita alami dengan Omicron sekarang, bahkan lebih cepat.
Gejala Omicron Siluman
Harus diwaspadai, Omicron siluman merupakan varian yang tergolong sulit identifikasinya.
Baca Juga: Mengapa Pra-Remaja Penting Mendapatkan Vaksin HPV? Ini Alasannya
Hal ini karena kemunculannya yang juga berbarengan dengan Omicron varian BA.1.
Selain itu juga karena gejalanya yang memiliki banyak kemiripan dengan varian asli.
Karenanya, membatasi kegiatan yang membuat banyak orang berkumpul seperti hangout, sekolah, dan bekerja, memang menjadi pencegahan yang tepat.
Kita pun perlu memiliki kesadaran ini. Agar tidak menganggap ‘biasa’ karena risikonya mungkin bukan pada kita, tapi orang lain di sekitar yang termasuk golongan dengan imunitas lebih rendah.
Adapun gejala infeksi Omicron Siluman ini, menurut SIti Nadia Tarmizi sebagai Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes; sakit kepala dan kelelahan ekstrem. Dalam beberapa kasus, sakit kepala ini juga bisa berupa vertigo atau sakit kepala berputar.
Beberapa gejala varian penerus Omicron ini memang cukup banyak menyerang kepala.
Selain pusing, ciri lain adalah adanya kabut otak, konjungtivitis dan bisa menyebabkan pingsan.
Gejala lain yang mirip dengan karakter Omicron
Sementara itu, masih juga ada gejala lain yang memang merupakan karakter utama dari Omicron, yaitu mirip dengan flu. Misalnya tenggorokan gatal hingga sakit tenggorokan, bersin dan pilek.
Ada juga nyeri sendi dan ruam kulit yang kemungkinan muncul sebagai gejala pada tubuh kita secara keseluruhan.
Baca Juga: Jus Buah Bit Sebagai Obat Kuat Alami, Bisa Atasi Disfungsi Ereksi
Meski terdengar seperti flu biasa, namun berdasarkan kondisi lapangan, cukup banyak pasien yang pada akhirnya membutuhkan pertolongan medis atau minimal melakukan isolasi terpusat.
Berisiko Bagi Pemilik Komorbid
Yang selalu menjadi kewaspadaan adalah apabila sub varian Omicron ini memapar pada mereka yang masuk kategori rentan.
Seperti ibu hamil, balita dan anak-anak, lansia, dan siapapun dengan penyakit bawaan di berbagai kategori usia.
Karenanya bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan atau kita sebagai orang yang hidup berdampingan dengan mereka di kategori imunitas lebih rendah, perlu memperhatikan dan sangat antisipatif.
Omicron memang tidak memiliki keparahan Delta, namun data meninggal karena varian ini masih tetap ada dan tidak sedikit.
Metode paling bijaksana untuk mencegah paparan di sini adalah dengan melakukan protokol kesehatan ketat.
Utamanya memakai masker, jaga jarak serta interaksi dengan kerumunan maupun perseorangan, serta mencuci tangan.(*)
Baca Juga: 10 Tanda Depresi Setelah Melahirkan yang Bisa Berlangsung Berbulan-bulan
Source | : | Kompas.com,GSILab-omicron siluman |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar