"Hubungan antara konsumsi pemanis buatan dan risiko kanker adalah hal yang kontroversial, kembali ke tahun 1970-an ketika (pemanis) siklamat dilarang karena dikaitkan dengan kanker kandung kemih pada tikus - meskipun ini tidak pernah terbukti pada manusia," kata James Brown, seorang ilmuwan biomedis di Universitas Aston Inggris.
Brown, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa itu pemanis buatan yang beredar sudah mendapat izin dari FDA dan dirancang dengan cukup baik sert memiliki ukuran yang tepat, terutama dalam bentuk sachet.
Michael Jones dari The Institute of Cancer Research, London mengatakan bahwa hubungan yang dilaporkan dalam penelitian ini tidak menyiratkan sebab—akibat dan bukan bukti bahwa pemanis buatan menyebabkan kanker.
Dia mengatakan temuan itu dapat menunjukkan bahwa risiko kanker dapat meningkat pada tipe orang yang menggunakan pemanis buatan daripada pemanis itu sendiri.
Baca Juga: Trimester 1 Kehamilan Sering Kram Perut? Ini Tips Untuk Mengatasinya
Temuan ini tidak lantas berarti memaksa konsumen untuk terburu-buru kembali ke minuman manis dengan gula sebenarnya.
Sebuah studi NutriNet-Sante 2019 menemukan bahwa mereka juga terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari beberapa jenis kanker.
Brown mengatakan bahwa tidak semua pemanis sama, dengan beberapa seperti stevia menunjukkan manfaat kesehatan.
Pemanis buatan mungkin masih merupakan alat yang berguna yang dapat membantu mengurangi penambahan berat badan saat mengganti gula jika pemanis yang tepat digunakan, katanya. (*)
Source | : | PLOS Medicine,Agence France Presse |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar