GridHEALTH.id - Pemanis ada di mana-mana di dunia modern, ditawarkan kepada konsumen sebagai alternatif gula yang lebih sehat, tetapi sebuah penelitian skala besar menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
Namun, para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan itu tidak cukup bukti untuk mempertimbangkan mengubah saran kesehatan saat ini.
Untuk menilai risiko kanker dari pemanis, para peneliti menganalisis data lebih dari 100.000 orang di Prancis yang melaporkan sendiri pola makan, gaya hidup, dan riwayat medis mereka dalam interval antara 2009 dan 2021 sebagai bagian dari studi NutriNet-Sante.
Mereka kemudian membandingkan konsumsi dengan tingkat kanker, sambil menyesuaikan variabel lain seperti merokok, pola makan yang buruk, usia dan aktivitas fisik.
Para peserta yang mengonsumsi pemanis dalam jumlah terbesar, di luar jumlah rata-rata, memiliki peningkatan risiko kanker sebesar 13% dibandingkan dengan nonkonsumen, menurut Mathilde Touvier, direktur penelitian di lembaga INSERM Prancis dan pengawas studi, mengatakan kepada Agence France-Presse (AFP) pada 13.04/2022
Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine, mengatakan bahwa risiko kanker yang lebih tinggi terutama terlihat dengan pemanis aspartam dan acesulfame potassium – keduanya digunakan dalam banyak minuman ringan, termasuk Coke Zero.
Dari 103.000 peserta, 79% adalah wanita dan 37% mengonsumsi pemanis buatan. Minuman ringan menyumbang lebih dari setengah pemanis buatan yang dikonsumsi, sedangkan pemanis meja mewakili 29%.
Studi ini menemukan bahwa risiko yang lebih tinggi diamati untuk kanker payudara dan kanker terkait obesitas.
Touvier mengatakan "Kami tidak dapat sepenuhnya mengecualikan bias yang terkait dengan gaya hidup konsumen," ujarnya sambil menyerukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil penelitian.
Baca Juga: Pemanis Buatan Tetap Berisiko Munculkan Diabetes dan Obesitas
Institut Kanker Nasional Amerika Serikat dan Penelitian Kanker Inggris keduanya mengatakan bahwa pemanis tidak menyebabkan kanker, dan mereka telah diizinkan untuk digunakan oleh Otoritas Keamanan Makanan Eropa.
"Hubungan antara konsumsi pemanis buatan dan risiko kanker adalah hal yang kontroversial, kembali ke tahun 1970-an ketika (pemanis) siklamat dilarang karena dikaitkan dengan kanker kandung kemih pada tikus - meskipun ini tidak pernah terbukti pada manusia," kata James Brown, seorang ilmuwan biomedis di Universitas Aston Inggris.
Brown, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa itu pemanis buatan yang beredar sudah mendapat izin dari FDA dan dirancang dengan cukup baik sert memiliki ukuran yang tepat, terutama dalam bentuk sachet.
Michael Jones dari The Institute of Cancer Research, London mengatakan bahwa hubungan yang dilaporkan dalam penelitian ini tidak menyiratkan sebab—akibat dan bukan bukti bahwa pemanis buatan menyebabkan kanker.
Dia mengatakan temuan itu dapat menunjukkan bahwa risiko kanker dapat meningkat pada tipe orang yang menggunakan pemanis buatan daripada pemanis itu sendiri.
Baca Juga: Trimester 1 Kehamilan Sering Kram Perut? Ini Tips Untuk Mengatasinya
Temuan ini tidak lantas berarti memaksa konsumen untuk terburu-buru kembali ke minuman manis dengan gula sebenarnya.
Sebuah studi NutriNet-Sante 2019 menemukan bahwa mereka juga terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari beberapa jenis kanker.
Brown mengatakan bahwa tidak semua pemanis sama, dengan beberapa seperti stevia menunjukkan manfaat kesehatan.
Pemanis buatan mungkin masih merupakan alat yang berguna yang dapat membantu mengurangi penambahan berat badan saat mengganti gula jika pemanis yang tepat digunakan, katanya. (*)
Source | : | PLOS Medicine,Agence France Presse |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar