GridHEALTH.id - Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia dan masuk Indonsia 2 tahun lalu.
Kita semua mulai akrab dengan istilah komorbid.
Ya, selama awal pandemi Covid-19 istilah komorbid banyak sekali diberitakan terlebih saat varian Delta melanda.
Istilah komorbid pun sering didengar sebagai korban Covid-19 berat, sampai masuk ICU, hingga paling banyak yang meninggal dunia.
Karenanya di Indonesia dikenal dengan istilah komorbid Covid-19.
Yang Dimaksud Komorbid Pada Pasien Covid-19
Tapi tahukah apa yang dimaksud dengan komorbid?
Banyak masyarakat selama ini tahunya jika komorbid adalah penyakit penyerta yang berat, sudah ada pada diri seseorang sebelum terinfeksi Covid-19.
Saat terinfeksi Covid-19, orang tersebut, karena komorbidnya, infeksinya menjadi bertambah parah, bahkan banyak yang tidak tertolong.
Baca Juga: Jangan Anggap Biasa Lemak Perut, Risikonya Stroke Hingga Diabetes
Apakah pengertian komorbid benar seperti itu?
Ketahuilah, komorbid adalah penyakit kronis yang menyertai pasien yang terinfeksi Covid-19.
Adapun yang dimaksud penyakit kronis adalah penyakit yang proses penyembuhannya lama atau bahkan menjadi penyakit sumur hidup.
Karenanya yang dimaksud komorbid pada pasien Covid-19, ummnya adalah diabetes melitus dan hipertensi, atau keadaan-keadaan yang menyertai COVID-19 seperti penyakit paru obstruktif kronis atau asma.
Menurut dr. Jerry Nasarudin, Sp.PD dari Rumah Sakit Fatmawati, dilansir dari Mediakom pada 25 April 2021, "Komorbid adalah penyakit penyerta atau penyakit kronis yang sudah diderita oleh pasien dan dibawa oleh pasien sebelum kena COVID-19,'
"dan penyakit komorbid ini memiliki efek memperberat perjalanan penyakit COVID-19 itu sendiri."
Komorbid atau penyakit penyerta akan memperberat penyakit COVID-19 dan kadang bisa juga saling memberatkan.
“Misalnya, pasien diabetes melitus biasanya akan memperberat keadaan infeksi COVID-19. Infeksi itu sendiri juga memperberat diabetes seseorang. Ini bisa saling menguatkan," jelas dr. Jerry.
Pasien Komorbid Boleh Puasa Ramadan
Baca Juga: Tetap Fit Puasa di 10 Hari Terakhir Ramadan Bagi Penyintas Penyakit Kronis
Penderita COVID-19 dengan komorbid, papar dr. Jerry, tetap dapat menjalankan puasa tapi tergantung pada derajat berat-ringannya penyakit COVID-19.
Derajat ringan beratnya ini terdiri dari lima klasifikasi:
* asimtomatik atau tanpa gejala,
* ringan,
* sedang,
* berat,
* dan kritis.
“Untuk yang ringan dan yang asimtomatik atau tanpa gejala, saya pikir ini masih bisa untuk melakukan puasa Ramadan."
"Namun, kalau kondisinya sudah lebih berat atau kondisi-kondisi yang memang membutuhkan obat rutin atau nutrisi lebih, ia tidak bisa menjalankan puasa di bulan Ramadan,” jelas dr. Jerry.
Puasa Bagi Pasien Komorbid Covid-19 Diabetes
Masalah puasa dengan komorbid sangat erat kaitannya, terutama pada pasien diabetes melitus.
Pada saat orang berpuasa akan terjadi perubahan pola nutrisi dan kegiatan fisik sehingga perlu penyesuaian pada pasien tersebut.
“Gizinya berubah. Demikian juga dengan kondisi fisik seseorang, juga aktivitas fisik seseorang juga berubah. Keadaan ini menimbulkan perubahan pada kondisi glukosa dari pasien dengan diabetes."
"Di sini perlu ada penyesuaian dosis atau cara penggunaan obat-obatan,” kata Jerry. “Apalagi kalau dia juga penderita COVID-19.”
Pada pasien COVID-19 dengan komorbid ini harus dilihat betul apakah puasa ini dapat dia jalankan atau tidak dan tidak dapat dipukul rata.
“Semuanya individual. Jadi, kita lihat kasus per kasus. Kapan dia bisa puasa, kapan tidak puasa. Harus dilihat derajat berat-ringannya,” jelas dr. Jerry.
Tips Bagi Pasien Komorbid Covid-19 Bisa Puasa Ramadan
Menurut dr. Jerry untuk bisa tetap menjalankan ibadah puasa bagi pasien komorbid Covid-19, ini tipsnya:
Baca Juga: Benarkah Vaksinasi Covid-19 Alami Itu Adalah Varian Omicron?
* Puasa dapat dilakukan pada pasien dengan gejala ringan atau asimtomatik.
* Jangan memutuskan sesuatu sendiri tapi harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, terutama pada pasien COVID-19 yang memiliki komorbid, sehingga ada keputusan yang baik buat pasien tersebut.
Dokter akan punya rencana untuk pasien COVID-19 selama Ramadan ini, apalagi pasien dengan komorbid, misalnya dengan penyesuaian dosis obat, penyesuaian jenis olahraga, atau penyesuaian nutrisi, karena mereka akan berbeda dengan orang yang tidak berpuasa.
* Orang yang berpuasa akan mengalami perubahan pola nutrisi. Oleh karena itu, usahakan untuk mengkonsumsi air yang cukup dan makanan yang cukup sehingga energi yang dibutuhkan tercukupi oleh minuman atau makanan pada saat sahur dan berbuka.
* Pasien tetap dapat melakukan aktivitas fisik. Sesuaikan olahraga yang dapat dilakukan setelah berbuka puasa agar kondisi pasien tetap prima.
* Jangan lupa juga istirahat yang cukup.
* Pasien-pasien COVID-19 yang tidak bergejala maupun yang kondisinya ringan tetap dapat menularkan penyakitnya ke orang lain.
Oleh karena itu, janganlah keluar rumah. Lakukan isolasi mandiri di rumah. Lakukan ibadah di rumah saja sampai selesai isolasi atau dinyatakan sembuh.
Satu hal yangharus dicatat, dr. Jerry mengizinkan pasien-pasien COVID-19 dengan komorbid untuk berpuasa tentunya dengan pemantauan yang ketat, yakni pemantauan kondisi kesehatan secara umum dan tanda vital pasien tersebut, dari suhu, saturasi oksigen, hingga tekanan darah.
Baca Juga: Menu Sahur Saat Flu dan Batuk, Perbanyak Makanan Berkuah dan Mengandung Vitamin C
Menurut dr. Jerry semuanya harus diperiksa secara rutin.
“Apabila ada perubahan kondisi, misalnya pasien menjadi demam tinggi atau batuk yang berlebihan atau sesak napas, maka ia harus tidak boleh berpuasa karena butuh konsumsi obat atau cairan,” tegas Jerry.(*)
Baca Juga: Mudik Aman dan Nyaman, Lakukan 7 Tips Ini Agar Terhindar dari Covid-19
Source | : | MediaKomKemkesRI |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar