GridHEALTH.id - Tekanan darah tinggi, tidak hanya menyerang mereka yang gemuk, tidak suka olahraga, suka makan-makanan berlemak, dan suka begadang.
Ibu hamil pun berpeluang untuk mengalami tekanan darah tinggi, sekalipun si ibu awalnya tidak mempunyai riwayat darah tinggi.
Kondisi darah tinggi yang terjadi saat wanita hamil ini memang khas.
Bisa terjadi pada saat kehamilan, sebelumnya tidak punya riwayat darah tinggi, bisa juga darah tingginya hanya terjadi saat hamil, setelah melahirkan kembali normal.
Tapi ada juga yang terus alias setelah melahirkan pun tetap kondisinya mengidap penyakit darah tinggi.
Ada juga kondisi dimana ibu sebelum hamil sudah punya riwayat darah tinggi.
Hipertensi Kronis
The American Pregnancy Association menyatakan dalam situs resminya, tekanan darah tinggi pada kehamilan merupakan kondisi serius yang perlu diwaspadai.
Terlebih pada ibu yang memiliki hipertensi kronis, yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang sudah terjadi sebelum kehamilan.
Baca Juga: Kaki Bengkak Saat Hamil Ternyata Bisa Berbahaya, Ini 2 Penyebabnya
Gejalanya adalah tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg, terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan berlanjut terus selama 12 minggu setelah melahirkan.
Jika memiliki hipertensi kronis sebelum hamil, sangat ideal bila berkonsultasi kepada dokter sebelum merencanakan kehamilan.
Pasalnya, obat-obatan tertentu untuk mengatasi hipertensi tidak aman bagi kehamilan dan dapat membahayakan janin.
Selain itu, selama kehamilan, hipertensi kronis dapat memburuk. Apalagi kalau memiliki faktor risiko preeklamsia.
Jika hal ini terjadi, kehamilan dapat mengalami komplikasi, seperti gagal jantung kongestif, stroke, kejang, dan gangguan pada ginjal atau hati.
Sementara janin akan terganggu tumbuh-kembangnya, berisiko mengalami masalah pernapasan sebelum atau saat persalinan, mendapat risiko lebih tinggi terjadinya placental abruption (plasenta memisahkan dari rahim sebelum persalinan), serta kemungkinan efek samping dari obat yang Mama konsumsi.
Hipertensi Gestasional
Selain hipertensi kronis, ada pula hipertensi gestasional, yaitu tekanan darah tinggi yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan hilang setelah melahirkan.
Menurut The American Pregnancy Association, sekitar 6—8% mamil mengalami kondisi ini.
Baca Juga: Masalah Seksual Pria dan Wanita Berawal dari Tekanan Darah Tinggi
Nah, perempuan yang mungkin memiliki peningkatan risiko hipertensi gestasional adalah yang hamil pertama, memiliki riwayat hipertensi gestasional di keluarga, ibu hamil usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun, serta perempuan yang memiliki hipertensi atau penyakit ginjal sebelum kehamilan.
Pengobatan hipertensi gestasional bergantung pada seberapa dekat ibu dengan HPL (hari perkiraan lahir).
Jika dekat dengan HPL dan janin berkembang dengan normal serta sudah siap lahir, dokter mungkin akan menyarankan untuk melahirkan sesegera mungkin.
Bila memiliki hipertensi ringan, belum mendekati HPL, dan janin belum siap lahir, menurut The American Pregnancy Association, kemungkinan dokter akan merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi garam, minum 8 gelas air sehari, serta berbaring pada sisi kiri untuk mengurangi beban bayi pada pembuluh darah utama.
Hipertensi gestasional dapat berdampak pada janin, yakni mencegah plasenta mendapatkan darah yang cukup, sehingga janin akan kekurangan oksigen dan makanan.
Hal ini dapat mengakibatkan BBLR (berat bayi lahir rendah).
Jika hipertensi parah, dapat menyebabkan preeklamsia yang dampaknya jauh lebih serius pada ibu dan bayi bila tak segera ditangani.
Risiko Preeklamsia
Baik hipertensi kronis maupun hipertensi gestasional dapat menyebabkan preeklampsia setelah usia kehamilan 20 minggu.
Baca Juga: Terlihat Cantik, Kuku Panjang Bisa Jadi Sarang Bakteri dan Jamur
Selain tekanan darah yang tinggi, gejalanya adalah terdapat protein dalam urine.
Preeklamsia dapat menimbulkan komplikasi, baik pada ibu maupun janin.
Pada Ibu komplikasinya dari preeklamsia berat, eklamsia (kejang/koma), sindrom HELLP, edema paru (paru berisi banyak cairan), gagal ginjal, gagal jantung, hingga stroke.
Sementara komplikasi pada janin, misalnya, bayi lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin dalam rahim.
Kabar baiknya, hipertensi selama kehamilan akan aman bila segera diketahui dan mendapat penanganan.
Itulah pentingnya mengecek tekanan darah saat hamil.
Daging Kambing Tidak Sebabkan Darah Tinggi
Prihal penyebab darah tinggi, dokter Spesialis Gizi Klinik, dr Johanes Chandrawinata, SpGK, mengatakan, datangnya penyakit darah tinggi saat mengonsumsi daging kambing hanyalah mitos.
Bahkan, kata dia, makan satu kilogram daging kambing pun tak akan mendatangkan darah tinggi.
Baca Juga: 7 Gejala Penyakit Ginjal Perlu Diwaspadai Sering Kencing Hingga Lesu
"Kambing cukup sehat asal dagingnya saja, bukan dibarengi dengan jeroan, babat, otak, dan usus,” kata Johanes seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.
Johanes menuturkan, daging kambing memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan daging sapi, karena kandungan lemak dan kolesterolnya yang lebih rendah.
Dalam takaran 100 gram, lemak daging kambing hanya 3,03 gram, sedangkan daging sapi 7,72 gram.
Kolesterol daging kambing juga sedikit lebih rendah, yakni 75 miligram, dan kolesterol sapi 80 miligram.
Selain itu, untuk zat besi, daging kambing juga lebih banyak, bisa sampai 3,73 gram. Sedangkan daging sapi hanya 2,24 miligram.
Kemudian, seng (zinc) pada daging kambing sebesar 5,27 miligram dan sapi 4,61 miligram.
Akan tetapi, cara masak yang tepat juga perlu diketahui agar mendapatkan manfaat nutrisi sepenuhnya.
Bagi pencinta sate kambing, Johanes menyarankan agar tidak memanggangnya hingga gosong.
Saat proses pemanggangan, protein pada daging kambing yang terkena panas tinggi bisa berubah menjadi zat karsinogen.
Baca Juga: Healthy Move, Tanpa Lompat-lompat, Ini Cara Memotivasi Orang Obesitas Agar Mau Olahraga Teratur
“Kalau makan di-grill itu cukup seminggu sekali. Jangan tiap hari (bisa) bikin kanker,” ujar Johanes.
Sementara, jika kita tak suka daging yang dipanggang, masak dengan kuah juga dapat menjadi pilihan.
Dalam proses ini, lebih baik hindari penggunaan santan yang berlebihan.
Penambahan sayur juga dapat menambahkan kandungan vitamin pada hidangan kambing.(*)
Baca Juga: Eks Jubir Covid Dokter Achmad Yurianto Harus Dirawat Karena Kanker Usus Besar, Waspadai Gejalanya
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar