Di sisi lain, pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan dan masyarakat melakukan langkah kewaspadaan.
"Sementara itu kita terus ikuti bukti-bukti ilmiah yang akan tersedia dalam hari-hari mendatang ini," kata Prof. Tjandra.
Kriteria penyakit menjadi pandemi
Prof. Tjandra mengatakan, status suatu penyakit dapat meningkat sebagai pandemi manakala memenuhi sejumlah barometer WHO, di antaranya pembahasan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).
"Kalau PHEIC sudah terjadi, maka diamati lagi, baru kemudian diputuskan menjadi pandemi," ujarnya.
Selain itu, sejumlah kriteria status pandemi adalah jenis penyakit merupakan yang terbaru, bergejala berat, penyebaran penyakit terjadi lintas benua, dan menimbulkan masalah kesehatan yang berarti, misalnya melumpuhkan ekonomi negara.
"Jadi kriteria pandemi tidak diukur berdasarkan banyaknya angka kasus yang terjadi," katanya.
Pernyataan KLB hepatitis akut bergejala berat pada anak di bawah umur 16 tahun oleh WHO ditujukan agar masyarakat dunia waspada dan meningkatkan upaya mitigasi sehingga tidak berpeluang mewabah.
"Jangan karena hepatitis akut bergejala berat ini tertulis di DONs kemudian orang berpikir bahwa ini sesuatu yang sangat istimewa dan pasti menjadi besar. Belum tentu," katanya.
Status KLB pada penyakit di dunia terdiri atas dua kriteria, yakni karakter penyakit yang sudah jelas seperti Malaria, Mers dan lainnya. Berikutnya adalah penyakit yang belum jelas secara karakteristik tapi telah muncul di tengah masyarakat.
"KLB ini lebih pada kecurigaan sehingga kita perlu waspada. Dari sejak 2020, yang saat ini menjadi pandemi cuma satu (COVUD-19) padahal yang KLB sudah ratusan," ujarnya.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik berlebihan menghadapi hepatitis akut berat di Tanah Air.
Namun kewaspadaan secara dini perlu terus ditingkatkan, demikian kata Prof. Tjandra.(*)
Baca Juga: Fekal Oral dan Droplet Jadi Sumber Penularan Hepatitis Akut Misterius, Ini Cara Mencegahnya
Source | : | Kompas.tv |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar