GridHEALTH.id - Video podcast Deddy Corbuzier dengan artis Tiktok Ragil Mahardika menuai banyak sentimen negatif.
Seperti diketahui, Ragil yang merupakan seorang pria asal Indonesia mantap menikah dengan pria bule asal Jerman.
Kedatangan Ragil Mahardika dan Frederik Vollert dalam podcast terbaru Deddy Corbuzier belum lama ini menimbulkan kontroversi.
Terlebih, Deddy dalam videonya tersebut memuat satu judul yang dinilai tidak etis. Judul video itu terkesan memiliki intrik ajakan untuk membiasakan perilaku menyimpang soal homoseksual dan sejenisnya.
Sejatinya dilihat dari sudut pandang agama manapun, LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) tidak dapat diterima.
Dilihat dari sudut kesehatan, kaum LGBT berisiko tinggi mengalami penyakit menular seksual. Kaum homoseksual khususnya, sering melakukan "penetrasi penis ke anus".
Dalam dunia medis, tindakan ini disebut sebagai seks anal dan tidak hanya eksklusif dilakukan oleh pasangan homoseksual, tetapi juga pasangan heteroseksual.
Beberapa orang melakukan hubungan anal karena anus penuh dengan ujung saraf sehingga sangat sensitif.
Untuk penerima seks anal, anus bisa menjadi zona sensitif seksual yang merespons rangsangan seksual.
Baca Juga: Healthy Move, Tak Perlu Lompat, Latihan Kardio Ini Bisa Tetap Membakar Kalori
Untuk pasangan yang memberikan seks anal, anus bisa memberikan rasa kencang yang menyenangkan di sekitar penis.
Meski banyak orang menganggap seks anal bisa dilakukan, aktivitas ini memiliki sejumlah risiko kesehatan. Situs kesehatan WebMD bahkan menyebut seks anal sebagai aktivitas seksual paling berisiko.
Lantas, kenapa seks anal berisiko? Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH yang juga sebagai dekan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjelaskan, dubur atau anus tidak dipersiapkan untuk menerima benda asing dari luar masuk ke dalamnya.
"Anus berperan sebagai tempat lewatnya feses atau kotoran, sehingga jelas bahwa anus bisa menjadi sumber infeksi," kata Ari dikutip dari Kompas.com (01/08/2022).
Source | : | Kompas.com,WebMD,Center for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar