Kesimpulannya, melakukan anal seks merupakan tindakan seksual berisiko tinggi untuk terjadinya berbagai infeksi.
Anal seks dapat mendatangkan infeksi dari virus maupun bakteri, anus dan organ di sekitarnya terluka, hingga yang paling parah adalah kanker anus.
Bagi mereka yang sering melakukan seks anal, Center for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat merekomendasikan tes berikut;
- Tes HIV setidaknya setahun sekali, begitu juga untuk tes siplis dan hepatitis.
Baca Juga: Ternyata Wanita Juga Mengalami Ereksi Seperti Halnya Pria Saat Berhubungan Intim
Baca Juga: Tulang Belikat Terasa Nyeri, Ini Cara Melakukan Pengobatannya
Jika memiliki lebih dari satu pasangan atau melakukan hubungan seks bebas dengan orang yang tidak dikenal, kita harus lebih sering melakukan skrining untuk PMS dan mungkin mendapat manfaat dari tes HIV lebih sering (misalnya, setiap 3 hingga 6 bulan).
- Klamidia dan gonore rektum jika pernah melakukan seks anal reseptif atau menjadi "bawah" dalam satu tahun terakhir
- Klamidia dan gonore pada penis (uretra) jika pernah melakukan seks anal insertif (berada di "atas") atau menerima seks oral dalam satu tahun terakhir.
- Gonore tenggorokan jika pernah melakukan seks oral (mulut di penis, vagina, atau anus pasangan) dalam satu tahun terakhir. (*)
Source | : | Kompas.com,WebMD,Center for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar