Para peneliti di Australia menemukan hasil serupa dalam pemeriksaan baru-baru ini terhadap 65 cairan vape.
Setiap sampel mengandung setidaknya satu bahan kimia yang berpotensi berbahaya, termasuk benzaldehida, iritasi saluran napas, dan trans-cinnamaldehyde, agen imunosupresif, lapor New Atlas (04/05/2019).
Selain itu, analisis mereka mendeteksi sejumlah kecil nikotin dalam enam sampel, meskipun produk tersebut dipasarkan sebagai bebas nikotin.
"Orang-orang hanya perlu tahu bahwa mereka menghirup campuran bahan kimia yang sangat kompleks ketika mereka melakukan vape," kata Prasse dalam pernyataan JHU. “Dan untuk banyak senyawa ini, kami tidak tahu apa sebenarnya mereka (bahan kimia).”
Pernah dianggap sebagai alternatif yang sehat untuk merokok, produk vaping mengandung hampir 2.000 bahan kimia yang tidak diketahui yang dapat menimbulkan bahaya bagi pengguna. Will Kirk dari Universitas Johns Hopkins
Untuk studi JHU, para peneliti menganalisis empat rasa vape tembakau yang umum, serta aerosol yang digunakan dalam empat perangkat rokok elektrik, termasuk tangki, unit sekali pakai, dan dua pod.
Selain ratusan bahan kimia tak dikenal, mereka menemukan senyawa yang terkait dengan masalah pernapasan, pestisida, bahan kimia industri dan kafein, zat adiktif yang diketahui.
“Itu mungkin memberi perokok 'kenikmatan' ekstra yang tidak diungkapkan,” penulis utama Mina Tehrani, seorang rekan postdoctoral di JHU School of Public Health, mengatakan dalam pernyataan itu. “Kami ingin tahu apakah mereka sengaja menambahkannya.”
Baca Juga: Tekanan Darah Tinggi Saat Tidur Bisa Meningkatkan Risiko Stroke
Baca Juga: Penyandang Diabetes Menolak Terapi Insulin, Ini Risiko yang Muncul
Penulis lain dalam satu tim, Anna M. Rule, seorang ahli dalam paparan logam dari vaping di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, prihatin dengan dampak pada sejumlah besar anak muda yang menggunakan vaping yang percaya bahwa mereka membuat pilihan yang lebih sehat.
“Ada jutaan siswa sekolah menengah dan sekolah menengah menggunakan vaping karena mereka tidak ingin merokok (cigaret),” kata Rule. “Bagi mereka dipikirnya tidak ada risiko. Padahal menggunakan vapping justru meningkatan risiko.”
Source | : | Smithsonian Insider |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar