GridHEALTH.id – Pandemi Covid-19 belum juga usai, setelah dalam beberapa waktu terakhir angka kasus di Indonesia mengalami penurunan dan kembali naik dengan ditemukannya kasus-kasus baru.
Indonesia kembali dikagetkan dengan kemunculan varian baru dari virus jenis Omicron, yang dikenal dengan sebutan subvarian omicron BA.4 dan BA.5.
Menjadi pertanyaan tentunya apakah varian baru ini berbahaya dan inilah menurut penilaian para pakar.
Varian baru ini sudah melanda berbagai negara dan tengah menjadi konsen utama di berbagai negara terkait penyebarannya.
Di Indonesia sendiri pertama kali dinyatakan masuk kasus pertama pada Jumat, 10 Juni 2022.
Penelitian masih terus dilakukan terkait perilaku jenis varian ini, untuk tingkat deteksi tertinggi subvarian BA.4 dan BA.5 ada pada Afrika Selatan, menurut Kerhkove, pimpinan WHO untuk Covid-19.
Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengingatkan karakter dari subvarian omicron berjenis BA.4 dan BA.5 mudah untuk menginfeksi, meskipun sudah mendapatkan dosis lengkap.
Menurutnya, BA.4 dan BA.5 memiliki mutasi mirip dengan Delta yaitu L425 sehingga muncul sebuah hipotesa yang menduga bahwa kemunculan varian ini karena ada cross protection atau proteksi silang yang timbul dari orang yang telah terinfeksi Delta kemudian divaksinasi.
Subvarian ini juga dianggap masih memiliki risiko bagi kelompok rentan, meskipun seringkali tanpa gejala atau dengan gejala yang ringan.
Baca Juga: Benarkah Mutasi Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Tak Seganas Delta? Jakarta Catat Kasus Tertinggi
Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok rentan dan memiliki risiko penularan subvarian omicron BA.4 dan BA.5, antara lain:
- Orang-orang yang belum divaksin dan booster
Source | : | CNBC,tribunnews |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar