GridHEALTH.id - Otak kita dipenuhi dengan informasi sepanjang hari saat menggulir media sosial. Namun, seorang ahli memperingatkan bahwa terlalu banyak data dapat menyebabkan "obesitas digital."
“Obesitas digital pada dasarnya adalah tentang makan berlebihan (informasi), tidak cukup istirahat. Ini pada dasarnya sama dengan terus-menerus makan, tidak pernah melakukan hal lain,” kata futuris Gerd Leonhard di sebuah forum yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidikan Turki.
Futuris yang berbasis di Zurich itu mengatakan orang-orang menjadi padat, gemuk, dan sekarat karena terlalu banyak mengonsumsi informasi."
Memperhatikan bahwa orang mengkonsumsi informasi melalui media sosial sepanjang waktu, dia mengatakan bahwa mereka tidak menyadari bagaimana hal ini menyebabkan bahaya bagi kehidupan mereka secara umum.
Mengenai efek metaverse pada manusia, dia mengatakan sebagian besar ini bukan kenyataan hari ini, jadi orang tidak memiliki virtualitas.
Baca Juga: 5 Cara Cepat Mengatasi Penglihatan Kabur, Kebanyakan Karena Layar Biru di Gadget
Baca Juga: BPA Ada Dimana-mana, Ini Rekomendasi Cara Mengurangi Penggunaannya
“Jadi, metaverse adalah upaya perusahaan teknologi dan media sosial untuk menyelamatkan diri mereka sendiri,” katanya, seraya menambahkan bahwa metaverse berpotensi jauh lebih merusak karena orang-orang memiliki kebiasaan buruk dalam metaverse di situs-situs yang terhubung dengan media sosial.
Metaverse terkait dengan kecanduan internet, media sosial, dan video game yang difasilitasi oleh penggunaan realitas virtual, yang mengalihkan orang dari koneksi sosial kehidupan nyata.
Tentang kecanduan teknologi yang meningkat, dia mengatakan tingkat penggunaan yang sehat dapat diterima.
Dia mengatakan metode untuk mengukur jumlah penggunaan yang tepat dan kebutuhan untuk kontak sosial kehidupan nyata diperlukan untuk membuat aturan yang jelas.
“Saya pikir kita harus memiliki aturan di restoran yang mengatakan tidak ada perangkat. Ini akan sangat bagus. Beberapa restoran menawarkan diskon 10% jika Anda menyimpan ponsel Anda,” katanya.
Baca Juga: Neuropathy Awareness Week, Jangan Anggap Enteng Kesemutan Karena Bisa Ganggu Kualitas Hidup
Baca Juga: Pengobatan Rumahan Menghilangkan Gatal Akibat Dermatitis Seboroik dan Ketombe
Baca Juga: Jangan Takut, Makan Daging Kambing Tidak Menyebabkan Darah Tinggi
Mengenai hak untuk mencari pekerjaan di tatanan dunia baru, dia mengatakan harus ada undang-undang yang melarang orang untuk melakukan hal-hal teknis tertentu, seperti menggunakan kacamata augmented reality atau bekerja di metaverse.
“Untuk hidup dalam realitas virtual dan menjadi super cepat dan manusia super dan untuk tampil, pada akhirnya menjadi upaya yang tidak manusiawi,” katanya. (*)
Source | : | Reuters,Anadolu Agency |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar