GridHEALTH.id - Beberapa waktu lalu, seperti dilansir dari Bloomberg, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Rabu, saat ini dunia tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi.
Dirinya menyatakan, "Kita belum sampai di sana, tapi akhir pandemi sudah di depan mata," katanya.
Permyataan lisan mengenai akhir pandemi sudah di depan mata, langsung ditangkap banyak media dan konten kreator.
Karenanya, pernyataan tersebut sejak kemarin menjadi viral, dan hal tersebut memang wajar. Karena seluruh masyarakat dunia sudah rindu keluar dari pandemi Covid-19.
Namun lain lagi tanggapan dari China, masyarakat di China malah menjadikan pernyataan akhir pandemi sudah di depan mata sebagai lelucon.
Baca Juga: Atasi Nyeri Sendi dan Bengkak Akibat Asam Urat Dengan Konsumsi Kunyit, Cek di Sini Cara Membuatnya!
Dengan bahasa lain, dilansir dari Kontan.co.id (16/09/2022), pernyataan WHO tersebut disambut dengan pesimisme dan humor di China.
Di jagat internet China yang semarak namun tertutup, tanggapannya prihal akhir pandemi sudah di depan mata sangat menyedihkan.
Pasalnya banyak beranggapan pernyataan akhir pandemi sudah di depan mata yang dikeluarkan WHO tidak akan berlaku untuk China, di mana pemerintah terus menuntut perlakuan terhadap Covid-19 seperti yang dilakukan pada awal pandemi pada awal 2020.
Caranya yakni dengan mencoba memutus penularan dan menghapus patogen dengan pembatasan intensif.
Salah satu lelucon online mengatakan bos WHO tidak dapat mengatakan pandemi hampir berakhir, karena langkah-langkah pengendalian Covid-19 masih berjalan lancar di China.
Baca Juga: Coba Obat Rumahan Ampuh Atasi Sariawan di Mulut, Begini Caranya!
Karenanya tidak marak tagar pada komentar Tedros, sampai-sampai dilaporkan ada sekitar 4,5 juta tampilan pada Kamis pagi, dan tampaknya telah dihapus.
Kini outlet media China mematikan fungsi komentar pada postingan Weibo yang membagikan berita tersebut.
Pemerintah China sangat menyensor Internet dan media sosial negara itu.
Kebijakan Zero-Covid terikat erat dengan Presiden Xi Jinping, yang membuatnya sangat sensitif.
Beijing sangat membela strategi itu dengan mengatakan kebijakan tersebut menyelamatkan nyawa.
Baca Juga: Dokter Gigi Berkumpul di Kota Besar, Pemerintah Akan Adakan Pengabdian ke Puskesmas Daerah
China juga melontarkan kritik kepada Amerika Serikat atas lebih dari 1 juta kematian akibat Covid-19.
Kapan Pandemi Berakhir?
WHO mengeluarkan pernyataan akhir pandemi sudah di depan mata tentu berdasarkan fakta dan data.
Tapi dalam kalimatnya, sebenarnya jelas, bahwa saat ini pandemi belum berkahir.
Malah, melansir artikel di ciputrahospital.com (8/06/2022), pandemi berakhir belum dapat ditentukan dan butuh proses untuk mengubahnya menjadi endemic, serta harus ditekan penularannya untuk kurun waktu tertentu.
Baca Juga: Negara Tetangga Izinkan Lepas Masker di Tempat Umum, Indonesia Kapan Nyusul?
Kini, pandemi COVID-19 memasuki fase baru ketika varian Omicron yang cepat menular telah ditemukan dan menyapu berbagai wilayah.
Omicron menggeser Delta dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejak pertama kali ditemukan di Afrika Selatan kurang dari 2 bulan telah menyumbang 31,8% kasus di seluruh Wilayah Eropa, naik dari 15% minggu sebelumnya, dan 6,3% seminggu sebelumnya.
Sementara di Indonesia sendiri puncak gelombang kenaikan Omicron terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret.
Jadi sebenarnya pandemi masih jauh dari kata usai.
Baca Juga: Serangan Jantung Ditandai dengan Nyeri Bagian Dada, Jangan Disepelekan Bisa Berakibat Fatal
Namun, banyak pihak berharap kita semua dapat mengakhiri fase darurat tahun 2022 dan mengatasi ancaman kesehatan lainnya yang juga membutuhkan perhatian kita.
Segala upaya pencegahan terus dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan percepatan vaksinasi.
Berkat kemajuan besar dalam ilmu kedokteran dan kolaborasi lintas batas dunia menemukan vaksin COVID-19 yang telah disetujui dan saat ini beredar luas.
Salah satu pencapaian ilmiah terbesar dalam dekade terakhir.
Vaksinasi dapat berkontribusi besar untuk mencegah dan mengurangi risiko kematian akibat infeksi COVID-19.
Vaksin aman dan efektif menyelamatkan nyawa seseorang.
Baca Juga: Waspada Penyakit Infeksi Tidak Menular yang Tetap Membahayakan Jiwa, Ini Jenisnya
Tapi di Indonesia sendiri saat ini, capaian vaksinasi Covid-19 booster sangat rendah.
Hal tersebut juga menjadi sorotan Dr. dr. Erlina Burhan, MSc., Sp.P(K) Dokter Spesialis Pulmonologi dan Pengobatan Pernapasan.
"Cakupan vaksinasi yang primer di Indonesia sudah oke banget. Tapi yang bermasalah boosternya, itu yang sampaikan hanya 26 persen, ini rendah banget," kata dokter Erlina dalam Media Briefing Pentingnya Vaksin Booster, Kamis (15/9/2022).
Lantas, mengapa capaian vaksin masih rendah meski sudah jadi syarat perjalanan dan berlangsung sejak awal 2022?
Selengkapnya klik di SINI, informasi dari dr. Erlina Burhan.(*)
Baca Juga: Bahaya dan Bisa Berisiko Tinggi Jika Kutil Tumbuh di Bagian Tubuh Berikut Ini. Waspadai!
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar