GridHEALTH.id - Serangan jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia bersama dengan penyakit jantung lainnya.
Kondisi ini tentu perlu penanganan yang lebih baik agar ke depannya dapat meminimalisir risiko berat.
Peran masyarakat juga diperlukan untuk membuat penyakit kardiovaskular dapat ditangani dengan lebih baik.
Apa Itu Serangan Jantung?
Serangan jantung adalah kondisi di mana hasil dari manifestasi setelah adanya jantung koroner, dalam bahasa medis, serangan jantung disebut juga dengan sindroma koroner akut, yang diawali dengan adanya jantung koroner atau iskemik.
Jantung koroner adalah penyakit yang mengenai pembuluh darah koroner, di mana pembuluh darah ini berfungsi memberikan makan otot-otot jantung dengan suplai oksigen.
Jantung memiliki ukuran sekepalan tangan dan pembuluh darah koroner berukuran sekitar dua mm.
Pembuluh darah yang dapat menyebabkan jantung koroner memiliki kondisi di mana di dalam dinding pembuluh darah terdapat bisul hasil dari penumpukkan lemak.
Bisul ini lama kelamaan akan semakin membesar dan semakin lama aliran darah semakin sempit, jika ada pemicu maka bisul akan pecah mengeluarkan gumpalan darah di dalam lubang pembuluh darah koroner dan terjadi penyumbatan total, inilah yang disebut dengan serangan jantung.
Deteksi Dini Serangan Jantung
Seseorang yang memiliki serangan jantung paling jelas diketahui dari rasa sakit di dada yang sangat luarbiasa menyakitkan, bisa disertai sesak nafas, mual, muntah, keringat dingin, hingga pingsan.
Baca Juga: Risiko Serangan Jantung dan Stroke Meningkat pada Penyintas Covid-19
"Pasien sering menggambarkannya sebagai nyeri dada terberat yang pernah diderita seumur hidup," kata dr. Siska S. Danny, SpJP(K) dalam Konferensi Pers Virtual Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) pada Kamis (22/09/2022).
Jika merasakan hal ini, segera periksakan ke dokter agar memiliki kemungkinan hidup lebih tinggi.
"Tidak semua nyeri dada adalah serangan jantung, tapi karena nyeri dada selalu ada potensi serangan jantung, makanya kalau ada nyeri dada, biasanya kita (dokter) sarankan untuk segera diperiksakan saja," sambung dr. Siska S. Danny, SpJP(K).
Faktor Risiko Serangan Jantung
Jika melihat dari hasil pencatatan di Indonesia ACS Registry, ada beberapa faktor risiko yang dapat diamati dari penderita jantung koroner.
Data ini diambil dari tahun 2018-2019, dengan melibatkan pasien jantung koroner di sembilan provinsi.
Hasilnya dapat digolongkan menjadi, pasien jantung koroner atau serangan jantung di Indonesia adalah:
- Lebih banyak pria yang terkena STEMI (serangan jantung klasik dan akut, yaitu ada sumbatan total di pembuluh darah), sekitar 83,5%.
- Perempuan lebih sedikit terkena STEMI, namun angka kematian dua kali lipat lebih besar.
- Rata-rata usia 55-60 tahun dan mulai banyak anak muda, sekitar usia 25 tahun.
- Sekitar 65% adalah perokok, 51% adalah penderita hipertensi, dan 27% adalah pengidap diabetes.
Baca Juga: Gejala Gagal Jantung Sering Tidak Disadari, Salah Satunya Lingkar Pinggang Bertambah
- Jumlah pasien sekitar 11,7% meninggal di rumah sakit.
Pertolongan Pertama Menghadapi Serangan Jantung
1. Konfirmasi dan diagnosis
Penting untuk seseorang yang merasakan nyeri dada hebat untuk langsung memeriksakan diri dan mendapatkan diagnosis dari dokter, langkah konfirmasi sejak dini ini penting karena penderita masih memiliki golden period.
Golden period adalah waktu terbaik untuk melakukan tindakan, jika kurang dalam 12 jam sudah bisa dilakukan penanganan maka hasilnya akan lebih baik.
"Kalau nyeri dada hebat disertai sesak nafas, lebih baik diperiksakan segera, lebih baik diperiksakan ternyata bukan, dibandingkan dianggap bukan , diperiksa ternyata serangan jantung," jawab dr. Siska S. Danny, SpJP(K) dalam menjawab pertanyaan tim GridHEALTH.id terkait pertolongan pertama menghadapi serangan jantung.
2. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Ini merupakan salah satu langkah dasar yang alangkah lebih baik jika semua orang memiliki kemampuan ini.
"Jadi, penyebab kematian pada jam-jam pertama serangan jantung adalah henti jantung, pada fase awal, pas baru kejadian jantungnya itu henti jantung mendadak, itu kita lakukan BHD, itu bisa dibujuk untuk berdetak kembali," kata dr. Siska S. Danny, SpJP(K).
Serangan jantung dengan henti jantung adalah dua hal berbeda, di mana serangan jantung merujuk pada kondisi kerusakan otot jantung akibat sumbatan pembuluh darah koroner.
Saat kerusakan dari serangan jantung terjadinya luas, maka dapat menimbulkan henti jantung, kondisi di mana jantungnya berhenti bekerja dan saat terjadi henti jantung berkepanjangan maka dapat menyebabkan meninggal.
Baca Juga: Gejala Penyakit Jantung Bawaan Pada Bayi Bau Lahir, Bisakah Disembuhkan?
BHD merupakan sebuah tindakan sederhana, mudah dikuasai dengan ikut pelatihan, tapi dapat menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami henti jantung akibat serangan jantung, jika dilakukan dengan tepat.
Isi dari Bantuan Hidup Dasar, yaitu:
1. Pastikan jalan udara itu baik
2. Kompresi/pijat jantung luar, resusitasi
"Pelatihannya banyak, latihan untuk masyarakat supaya menguasai keterampilan Bantuan Hidup Dasar (BHD)," dr. Siska S. Danny, SpJP(K) mengajak masyakarat untuk mulai sadar pentingnya keterampilan ini.
"Bantuan Hidup Dasar adalah keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh semua orang, menurut saya," tutup dr. Siska S. Danny, SpJP(K).
PERKI sendiri akan menyelanggarakan latihan BHD ini dalam rangka peringatan World Heart Day pada 02 Oktober 2022 mendatang.
Pengobatan Serangan Jantung
Seseorang yang telah terkonfirmasi memiliki serangan jantung akan dilakukan pengobatan dengan dua cara, yaitu:
1. Fibrionolitik - obat yang digunakan untuk menghancurkan sumbatan gumpalan darah dalam pembuluh koroner dengan menggunakan obat yang bersifat mengencerkan darah intravena ini.
2. Angioplasti Koroner - cara yang dilakukan dengan menggunakan balon dan stent/ring koroner di dalam pembuluh koroner untuk membuka sumbatan dan dilakukan di laboratorium kateterisasi.
Inilah informasi yang perlu diketahui masyarakat untuk mulai bisa melakukan tindakan pencegahan terhadap serangan jantung dan tahu apa yang harus dilakukan, sehingga kematian akibat serangan jantung dapat diminimalisir. (*)
Baca Juga: Hipertensi Menjadi Faktor Utama Terjadinya Stroke, Bagaimana Cara Mencegahnya
Source | : | Konferensi Pers Virtual PERKI |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar