Tekanan darah tinggi pada anak merupakan tanda penting bahwa ginjal perlu dievaluasi. Pengukuran pertumbuhan yang akurat dapat memberikan petunjuk untuk mendiagnosis beberapa penyakit ginjal karena anak-anak dengan penyakit ginjal kronis sering mengalami masalah pertumbuhan.
Dokter mungkin menggunakan biopsi ginjal untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Biopsi adalah prosedur di mana sepotong kecil jaringan ginjal diangkat dengan jarum.
Dilakukan saat seorang anak dibius, ini adalah prosedur sederhana yang dapat membantu membuat diagnosis yang akurat dari masalah ginjal pada sekitar 9 dari 10 kasus. Ini sangat membantu dalam diagnosis nefritis dan nefrosis.
Selain sinar-X standar, studi pencitraan lain yang mungkin digunakan dokter untuk membantu mendiagnosis penyakit ginjal meliputi:
- Ultrasonografi
Baca Juga: 7 Buah Aman Dikonsumsi dan Berkhasiat Untuk Penyandang Gangguan Jantung
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir, Semangka Aman Dikonsumsi Penyandang Diabetes
- Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CAT)
- Pemindaian nuklir ginjal. Pemindaian nuklir ginjal melibatkan injeksi bahan radioaktif khusus ke dalam pembuluh darah.
Dosis radiasi lebih kecil daripada sinar-X sederhana. Pemindaian menunjukkan bagaimana ginjal membandingkan satu sama lain dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Itu juga dapat mendeteksi jaringan parut atau bukti lain dari infeksi ginjal berulang atau kronis.
- Voiding cystourethrogram (VCUG)
Pada anak-anak, harus dibiasakan untuk minum sesuai takarannya. Sebab, bahaya kurang minum air putih selanjutnya adalah berdampak buruk pada ginjal.
Hal ini disebabkan, saat kekurangan cairan akibat kurang minum, ginjal akan bekerja lebih keras dan sisa metabolisme tubuh jadi menumpuk, sehingga tidak dapat dikeluarkan oleh sistem kemih dengan baik.
Baca Juga: Guru Besar Universitas Diponegoro Ungkap, Ibu dengan Anemia Hasilkan ASI dengan Antibodi Rendah
Baca Juga: Simak Titik Pijat Akupresur untuk Penderita Diabetes, Benarkah Bermanfaat?
Selain itu, pakar kesehatan hidrasi internasional Ivan Task juga mengatakan bahwa kekurangan cairan bakal membuat tubuh mengeluarkan hormon vasopresin, yang mengakibatkan peningkatan hormon stres kortisol pemicu inflamasi kronis dalam waktu lama.
Alhasil, dalam jangka panjang, tubuh bisa mengalami gagal ginjal, memproduksi batu ginjal, bahkan terkena infeksi saluran kemih. (*)
Source | : | Kids Health,Kemenkes RI |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar