Kulit yang sangat keriput mungkin sangat terlihat di leher dan di ketiak dan selangkangan.
Cutis laxa juga dapat mempengaruhi jaringan ikat di bagian lain dari tubuh, termasuk jantung, pembuluh darah, usus, dan paru-paru.
Menyebabkan Masalah Paru dan Jantung
Gangguan ini dapat menyebabkan masalah jantung dan penyempitan abnormal, penonjolan, atau robeknya pembuluh darah kritis.
Individu yang terkena mungkin memiliki kantong keluar yang lembut di perut bagian bawah (hernia inguinalis) atau di sekitar pusar (hernia umbilikalis).
Baca Juga: Tak Diobati, Waspada 7 Komplikasi Psoriasis Berikut yang Membahayakan
Kantung yang disebut divertikula juga dapat berkembang di dinding organ tertentu, seperti kandung kemih dan usus.
Selama masa kanak-kanak, beberapa orang dengan cutis laxa mengembangkan penyakit paru-paru seumur hidup yang disebut emfisema, yang dapat membuat sulit bernapas. Tergantung pada organ dan jaringan mana yang terpengaruh, tanda dan gejala kutis laxa dapat berkisar dari ringan hingga mengancam jiwa.
Para peneliti telah menggambarkan beberapa bentuk cutis laxa yang berbeda. Bentuknya sering dibedakan berdasarkan pola pewarisannya: autosomal dominan, autosomal resesif, atau terkait-X. Secara umum, bentuk kutis laxa autosomal resesif cenderung lebih parah daripada bentuk dominan autosomal, meskipun beberapa orang dengan kutis laxa dominan autosomal sangat terpengaruh.
Selain fitur yang dijelaskan di atas, orang dengan autosomal resesif cutis laxa dapat mengalami keterlambatan perkembangan, cacat intelektual, kejang, masalah dengan gerakan, atau kelainan mata atau tulang.
Sindrom Menkes
Bentuk cutis laxa terkait-X sering disebut sindrom tanduk oksipital. Bentuk kelainan ini dianggap sebagai jenis sindrom Menkes ringan, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi kadar tembaga dalam tubuh.
Selain kulit kendur dan tidak elastis, sindrom tanduk oksipital ditandai dengan endapan kalsium berbentuk baji di tulang di dasar tengkorak (tulang oksipital), rambut kasar, dan persendian yang longgar.
Kondisi langka lainnya, termasuk sindrom tortuositas arteri, geroderma osteodysplastica, dan sindrom RIN2, kadang-kadang diklasifikasikan sebagai kondisi terkait cutis laxa, karena individu yang terkena dapat memiliki kulit yang kendur dan kendur.
Kondisi ini masing-masing memiliki pola tanda dan gejala tertentu yang mempengaruhi jaringan dan sistem tubuh yang berbeda.
Sykurnya dengan kondisinya ini Dapon bisa menerima dan bisa produktif dalam menjalani hidup.
Bahkan diakui Dapon, dirinya bersyukur dikelilingi orang-orang yang begitu menyupportnya.
"Bersyukur tidak mendapatkan lingkungan toksik," tandasnya.(*)
Source | : | Medlineplus.gov-cutisLaxa |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar