GridHEALTH.id - Wajar jika manusia di bumi ini ingin awet muda.
Karena siapa sih yang tidak ingin tampil menawan dan cantik selalu, juga selalu sehat dan fit, seperti kala masih muda.
Tapi apa jadinya jika ada manusia yang usianya masih muda, 21 tahun, tapi penampilan fisiknya bak lansia yang sudah di atas 60 tahun.
Tentu hal ini memprihatinkan.
Tapi mau bagaiamana, hal itu bisa saja terjadi pada seseorang, seperti yang dialami oleh Dapon, seorang TikToker yang usianya masih 21 tahun, tapi bak lansia.
Baca Juga: Terdeteksi Etilen Oksida Mi Instan Asal Indonesia Ditarik dari Singapura, Apa Bahayanya?
Jika kita meluhat Dapon, tanna mengetahui cerita ini, kita akan mengira usianya sudah lansia.
Padahal dia masih muda sekali.
Mungkin tak banyak yang mengira jika sosok Dapon yang nama aslinya Rachmadian Daffa ituwajahnya terlihat jauh lebih tua bak lansia.
Saat SMP Baru sadar
Diketahui sindrom seperti ini dilihat dalam film The Curious Case of Benjamin Button, di mana diceritakan seorang anak laki-laki yang terlahir dengan wajah keriput dan tua.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Kaki Pecah-pecah dengan Odol, Efek Maksimal Campur dengan Bahan Ini
Dikatakan Dapon sejak bayi sudah terlihat ada perbedaan di bagian pipinya, yang berbeda dengan bayi-bayi umumnya.
Lebih lanjut Dapon menjelaskan jika dirinya menyadari kondisi wajahnya yang lebih tua dari umurnya yakni sejak SMP.
"Nggak baperan, di SMP kan anak-anaknya suka ledek-ledekan, tapi saya nggak merasa diledek/dibuli, malah saya yang ngeledek," kata Dapon sembari tertawa.
Kini dia dengan kondisinya sudah menjadi orang terkenal.
TikToker yang terkenal dengan jargon 'Tara Makjreng' tersebut juga mengungkap jika dirinya sempat divonis tak umur panjang.
"Waktu kecil ada dokter yang bilang 'sindrom kayak gini nggak akan umur panjang', ternyata umur saya panjang," kata Dapon.
Soal orang tua, Dapon mengatakan jika ayah dan ibunya sempat cemas hingga stress memikirkan nasib Dapon.
"Ayah dan ibu saya sampai stres, ini anak kenapa kondisinya begini, tapi lama kelamaan ya bisa menerima, mungkin ini rezeki dari Tuhan," jelas Dapon.
Awal muasal dirinya mengalami hal ini, "Waktu saya lahir saya kan bobotnya besar, 4kg, awalnya normal kata ibu saya lalu setelah enam bulan kemudian bolak-balik ke rumah sakit karena bobot saya, " ujar Dapon di Podcast bersama Gritte Agatha, 30 April 2021 lalu.
Namun ternyata seorang dokter melihat ada keanehan pada diri Dapon.
"Dari situlah ketemu saya mengidap Cutis Laxa," ujar Dapon.
Kelainan Jaringan Ikat
Apa yang dialami dapon memang sebuah kondisi medis yang dikenal dengan istilah Cutis laxa, ini adalah adalah kelainan jaringan ikat, yaitu jaringan yang memberikan struktur dan kekuatan pada otot, sendi, organ, dan kulit.
Sebagian besar kasus diturunkan, tetapi beberapa didapat, yang berarti tampaknya tidak disebabkan oleh variasi genetik.
Sementara tanda dan gejala kutis laxa yang diturunkan sering terlihat pada masa bayi atau anak-anak, kutis laxa yang didapat biasanya muncul di kemudian hari.
Ringkasan ini terutama menggambarkan bentuk cutis laxa yang diturunkan.
Istilah "cutis laxa", melansir medlineplus.gov, adalah bahasa Latin untuk kulit kendur atau kendur, dan kondisi ini ditandai dengan kulit yang kendur dan tidak melar (inelastis).
Kulit sering menggantung dalam lipatan longgar, menyebabkan wajah dan bagian tubuh lainnya terlihat murung atau berkerut.
Kulit yang sangat keriput mungkin sangat terlihat di leher dan di ketiak dan selangkangan.
Cutis laxa juga dapat mempengaruhi jaringan ikat di bagian lain dari tubuh, termasuk jantung, pembuluh darah, usus, dan paru-paru.
Menyebabkan Masalah Paru dan Jantung
Gangguan ini dapat menyebabkan masalah jantung dan penyempitan abnormal, penonjolan, atau robeknya pembuluh darah kritis.
Individu yang terkena mungkin memiliki kantong keluar yang lembut di perut bagian bawah (hernia inguinalis) atau di sekitar pusar (hernia umbilikalis).
Baca Juga: Tak Diobati, Waspada 7 Komplikasi Psoriasis Berikut yang Membahayakan
Kantung yang disebut divertikula juga dapat berkembang di dinding organ tertentu, seperti kandung kemih dan usus.
Selama masa kanak-kanak, beberapa orang dengan cutis laxa mengembangkan penyakit paru-paru seumur hidup yang disebut emfisema, yang dapat membuat sulit bernapas. Tergantung pada organ dan jaringan mana yang terpengaruh, tanda dan gejala kutis laxa dapat berkisar dari ringan hingga mengancam jiwa.
Para peneliti telah menggambarkan beberapa bentuk cutis laxa yang berbeda. Bentuknya sering dibedakan berdasarkan pola pewarisannya: autosomal dominan, autosomal resesif, atau terkait-X. Secara umum, bentuk kutis laxa autosomal resesif cenderung lebih parah daripada bentuk dominan autosomal, meskipun beberapa orang dengan kutis laxa dominan autosomal sangat terpengaruh.
Selain fitur yang dijelaskan di atas, orang dengan autosomal resesif cutis laxa dapat mengalami keterlambatan perkembangan, cacat intelektual, kejang, masalah dengan gerakan, atau kelainan mata atau tulang.
Sindrom Menkes
Bentuk cutis laxa terkait-X sering disebut sindrom tanduk oksipital. Bentuk kelainan ini dianggap sebagai jenis sindrom Menkes ringan, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi kadar tembaga dalam tubuh.
Selain kulit kendur dan tidak elastis, sindrom tanduk oksipital ditandai dengan endapan kalsium berbentuk baji di tulang di dasar tengkorak (tulang oksipital), rambut kasar, dan persendian yang longgar.
Kondisi langka lainnya, termasuk sindrom tortuositas arteri, geroderma osteodysplastica, dan sindrom RIN2, kadang-kadang diklasifikasikan sebagai kondisi terkait cutis laxa, karena individu yang terkena dapat memiliki kulit yang kendur dan kendur.
Kondisi ini masing-masing memiliki pola tanda dan gejala tertentu yang mempengaruhi jaringan dan sistem tubuh yang berbeda.
Sykurnya dengan kondisinya ini Dapon bisa menerima dan bisa produktif dalam menjalani hidup.
Bahkan diakui Dapon, dirinya bersyukur dikelilingi orang-orang yang begitu menyupportnya.
"Bersyukur tidak mendapatkan lingkungan toksik," tandasnya.(*)
Source | : | Medlineplus.gov-cutisLaxa |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar