Jika ingin menggunakan obat paracetamol sirup maka harus berdasarkan pemantauan tenaga kesehatan, bisa juga dengan menggunakan paracetamol bentuk lainnya, atau menggunakan selain paracetamol sebagai penurun demam.
Selain paracetamol, obat penurun demam yang beredar sekarang adalah ibuprofen, namun menurut dr. Endah penggunaan obat ibuprofen ini memiliki efek antinyeri dan antiradang yang lebih kuat, sehingga banyak dipakai saat anak nyeri pasca operasi atau mengalami peradangan sendi.
Sedangkan untuk demam dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari demam itu cukup dengan paracetamol dan lebih aman, karena ibuprofen memiliki efek samping yang lebih banyak, contohnya iritasi lambung seperti sakit perut, risiko pendarahan saluran cerna, dapat mengganggu fungsi ginjal jika diberikan pada anak yang dehidrasi.
"Saat ini memang masih dalam kondisi serba belum jelas terkait dengan gangguan ginjal akut (AKI) yang merebak ini, pemerintah mengambil langkah antisipasi karena ada sebagian data yang muncul mengaitkan antara AKI dengan kejadian kontaminasi obat oleh EG dan DEG dalam bentuk obat sirup, maka Kemenkes menghentikan penggunaan obat sirup, tidak hanya tertulis pada obat demam tetapi untuk semua obat sirup," kata dr. Endah menyampaikan situasi alasan penghentian obat sirup ini.
Apa Beda Obat Sirup dan Obat Puyer?
Obat sirup adalah obat yang paling banyak digunakan untuk anak, karena dalam memberikan zat aktif pada obat akan ditambahkan zat lainnya yang bisa menjadikannya sebagai cairan, juga bisa ditambahkan zat untuk perasa dan pewangi, sehingga lebih disukai anak-anak.
Alternatif yang diberikan pun menjadi obat puyer saat obat sirup dihentikan sementara, namun dr. Endah lebih menyarankan untuk menggunakan metode pemotongan tablet yang baru dicairkan dengan air, ketimbang harus menggunakan obat puyer.
Obat puyer sendiri adalah bentuk merusak sediaan tablet, dikatakan demikian oleh dr. Endah dijelaskan bahwa tablet yang sudah dikemas dengan baik agar bertahan lama dan fungsi obatnya tetap bisa bertahan hingga saat diminum, akan dihancurkan dan dijadikan puyer.
Puyer ini akan dibagi-bagi ke dalam beberapa bungkus lalu dimasukkan ke dalam beberapa kertas, yang menurut dr. Endah hal ini akan menjadi sebuah kelemahan dari obat puyer, yaitu:
1. Dosis yang kemungkinan akan berubah
"Concern kita adalah tidak mungkin dalam setiap bungkus itu mengandung dosis yang sama, jadi ada kemungkinan di satu bungkus dosisnya lebih banyak dibanding bungkusan yang lain," katanya.
Baca Juga: Anak Demam? Jangan Lagi Buru-buru Minum Obat, Kenali Tanda Kegawatdaruratan pada Anak Sakit
Source | : | wawancara langsung dengan dr. Endah Citraresmi, SpA(K) |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar