Misalnya ketika diminta untuk menggambar jam, angka dan petunjuk hanya difokuskan pada satu sisi saja, sedangkan yang lainnya dibiarkan kosong.
Namun, setelah menjalani Transcranial Magnetic Stimulation, kecenderungan tersebut perlahan-lahan membaik.
Ketiga, dilakukan untuk indikasi disfagia atau kesulitan menelan pada pasien pasca stroke.
"Kami mencoba melakukan tindakan TMS, ditambah terapi menelan sebanyak 30 menit pasca stimulasi selama dua minggu berturut-turut," tutur dokter Dyah.
Setelah dilakukan observasi, disimpulkan bahwa pasien mengalami perbaikan pada kemampuannya untuk menelan.
Keempat, depresi karena serangan stroke tidak hanya menyebabkan gangguan motorik, tapi juga psikologis pada penyandangnya.
"Depresi ini merupakan salah satu komplikasi yang ditemukan pada pasien stroke, apalagi stroke usia muda," kata dokter Dyah.
Terganggunya kesehatan mental pasien pasca stroke, memperbesar risiko berulangnya kembali kondisi serupa, menurunnya kualitas hidup, hingga kematian.
"Salah satu studi yang menggambarkan efektivitas tatalaksana TMS ini, dengan menggunakan hamilton depression rating scale untuk menilai keparahan depresi," jelasnya.
"(Setelah dilakukan Transcranial Magnetif Stimulation), terjadi perbaikan skor dari hamilton depression rating scale secara bermakna dibandingkan dengan plasebo," pungkasnya.
Metode perawatan ini juga disebut efektif untuk mengatasi komplikasi stroke seperti nyeri dan gangguan keseimbangan. (*)
Baca Juga: Waspada Hipertensi Picu Stroke, Jalani 6 Langkah Pencegahan Berikut Ini!
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar