Hal ini tentu memerlukan waktu untuk Indonesia dapat memenuhi kebutuhan dokter spesialisnya.
Kemenkes sendiri menyampaikan akan lebih memprioritaskan kecukupan dokter spesialis sembari melengkapi alat kesehatan yang memadai, meskipun alangkah lebih baik jika keduanya bisa diadakan secara bersamaan.
“Kalau saya suruh pilih, saya siapkan dokternya dulu baru alatnya, karena beli alat cepat, enam bulan selesai, dokter lama beresinnya (mempersiapkannya), jadi memang sebaiknya dokternya dulu disiapin, idealnya dokternya dan alatnya datangnya bersamaan. Program ini untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat kita dan menyelamatkan jiwa,” jelas Menkes Budi.
“Sehingga dengan demikian Bapak Presiden juga memberikan arahan harus dipikirkan cara-cara lain agar dokter-dokter spesialis, yang diutamakan warga negara Indonesia, yang juga merupakan lulusan luar negeri, diberikan jalan kalau mereka ingin berbakti di Indonesia, tanpa mengurangi kualitas tapi jangan dipersulit,” kata Menkes Budi sampaikan latar belakang diadakan program ini.
Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Kemenkes, program ini dimulai dari awal tahun 2022 dan sudah terdapat 35 dokter spesialis yang ikut mendaftar, dengan sembilan jenis spesialisasi, mulai dari spesialis anak, obgyn, penyakit dalam, bedah, anestesi, dermatologi, bedah plastik, venereologi, mata, dan otopedi.
Ketiga puluh lima dokter spesialis yang mengikuti program ini berasal dari Filipina, Malaysia, Jerman, Jepang, Nepal, Cina, Rusia, Ukraina.
Dokter-dokter ini mengikuti uji kompetensi dan verifikasi yang dilakukan oleh kolegium, yang berisi para pakar.
Gambaran besar dari uji kompetensi ini adalah dimulai dengan berbagai tahapan, yaitu:
1. Melakukan verifikasi dari sisi akademik dan verifikasi ijazah
2. Melakukan ujian tertulis dengan standar sesuai pada ujian spesialis satu dalam negeri
3. Melakukan ujian wawancara
Source | : | Keterangan Pers Kemenkes RI |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar