GridHEALTH.id – Indonesia masih memerlukan banyak dokter spesialis untuk meningkatkan pelayanan kualitas kesehatan.
Dengan kondisi ini, Kementerian Kesehatan RI memberikan kemudahan akses bagi dokter spesialis warga negara Indonesia untuk kembali mengabdi kepada bangsa.
Program ini dibuat sebagai salah satu upaya baru yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat transformasi kesehatan.
WHO telah menetapkan bahwa diperlukan minimal 1:1.000 dokter untuk negara berkembang, termasuk Indonesia.
Akan tetapi kenyataannya, pada saat ini, Indonesia hanya memiliki seitar 120.000 ribu dokter di Indonesia yang melakukan praktik.
Untuk dokter spesialis khususnya tentu masih memerlukan lebih banyak, sedangkan dalam aturan yang sudah lama ditetapkan, diperlukan minimal sembilan dokter spesialis dasar dari setiap rumah sakit pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah.
“Kita pernah hitung itu kurangnya tiga ribuan lebih,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Konferensi Pers pada Jumat (18/11/2022).
Program ini dikatakan oleh Menkes Budi sebagai salah satu langkah dari sistem Transformasi Kesehatan yang telah ditugaskan oleh Presiden.
“Kementrian Kesehatan menyadari pada saat pandemi terjadi bahwa jumlah tenaga kesehatan, khususnya dokter dan dokter spesialis itu sangat jauh dari yang kita butuhkan,” ujar Menkes Budi.
Selain itu, Menkes Budi juga menjelaskan mengenai tantangan lain yang dihadapi Indonesia saat ini adalah dari 92 fakultas kedokteran di Indonesia, hanya beberapa yang dapat menghasilkan dokter spesialis.
“(Fakultas kedokteran) yang bisa produksi dokter spesialis itu cuma 20 dari 92 fakultas kedokteran dan masing-masing 20 fakultas kedokteran itu tidak semuanya bisa memproduksi (semua jenis) dokter spesialis,” jelas Menkes Budi memaparkan tantangan yang ada.
Hal ini tentu memerlukan waktu untuk Indonesia dapat memenuhi kebutuhan dokter spesialisnya.
Kemenkes sendiri menyampaikan akan lebih memprioritaskan kecukupan dokter spesialis sembari melengkapi alat kesehatan yang memadai, meskipun alangkah lebih baik jika keduanya bisa diadakan secara bersamaan.
“Kalau saya suruh pilih, saya siapkan dokternya dulu baru alatnya, karena beli alat cepat, enam bulan selesai, dokter lama beresinnya (mempersiapkannya), jadi memang sebaiknya dokternya dulu disiapin, idealnya dokternya dan alatnya datangnya bersamaan. Program ini untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat kita dan menyelamatkan jiwa,” jelas Menkes Budi.
“Sehingga dengan demikian Bapak Presiden juga memberikan arahan harus dipikirkan cara-cara lain agar dokter-dokter spesialis, yang diutamakan warga negara Indonesia, yang juga merupakan lulusan luar negeri, diberikan jalan kalau mereka ingin berbakti di Indonesia, tanpa mengurangi kualitas tapi jangan dipersulit,” kata Menkes Budi sampaikan latar belakang diadakan program ini.
Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Kemenkes, program ini dimulai dari awal tahun 2022 dan sudah terdapat 35 dokter spesialis yang ikut mendaftar, dengan sembilan jenis spesialisasi, mulai dari spesialis anak, obgyn, penyakit dalam, bedah, anestesi, dermatologi, bedah plastik, venereologi, mata, dan otopedi.
Ketiga puluh lima dokter spesialis yang mengikuti program ini berasal dari Filipina, Malaysia, Jerman, Jepang, Nepal, Cina, Rusia, Ukraina.
Dokter-dokter ini mengikuti uji kompetensi dan verifikasi yang dilakukan oleh kolegium, yang berisi para pakar.
Gambaran besar dari uji kompetensi ini adalah dimulai dengan berbagai tahapan, yaitu:
1. Melakukan verifikasi dari sisi akademik dan verifikasi ijazah
2. Melakukan ujian tertulis dengan standar sesuai pada ujian spesialis satu dalam negeri
3. Melakukan ujian wawancara
4. Melakukan praktek langsung ke rumah sakit yang ditentukan
Nantinya untuk dokter spesialis yang terpilih akan mendapatkan intensif dari Kemenkes selama masa adaptasi di rumah sakit daerah, dengan besaran:
1. Rumah sakit daerah terpencil, perbatasan, kepulauan sebesar Rp 24.000.000,-
2. Rumah sakit regional Timur (Kalimantan, NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua) di luar daerah terpencil, perbatasan, kepulauan sebesar Rp 12.000.000,-
3. Rumah sakit regional Barat (Sumatera, Jawa, Bali, dan NTB) di luar daerah terpencil, perbatasan, kepulauan sebesar Rp 7.000.000,-
Hingga diadakannya Keterangan Pers ini, sudah ada tiga dokter spesialis ortopedi yang akan melakukan adaptasi di rumah sakit daerah yang sudah ditentukan oleh Kemenkes, ketiganya adalah dr. Einstein Yefta Endoh asal pendidikan Filipina, dr. Anastasia Pranoto asal pendidikan Filipina, dan dr. Ikhwan asal pendidikan Malaysia.
Ketiga dokter spesialis ortopedi ini akan ditempatkan di daerah yang berbeda-beda, mulai dari RSUD dr Fauziyah Bireun, Aceh untuk dr. Ikhwan, lalu RSUD Cut Meutia Aceh Utara untuk dr. Anastasia Pranoto, dan RSUD ODSK Provinsi Sulawesi Utara untuk dr. Einstein Yefta Endoh.
“Secara ujian mereka lulus, akan tetapi yang kita evaluasi dalam hal ini tidak hanya sisi akademik saja, tetapi ada sisi psikomotorik yang belum bisa dinilai, oleh karena itu Kemenkes melakukan pembekalan dan mengirim mereka ke daerah-daerah untuk didampingi,” jelas Prof. Dr. Dwikora Novembri Utomo, dr., Sp.OT(K) dalam menyampaikan pentingnya adaptasi dilakukan oleh setiap dokter spesialis yang mengikuti program ini, agar kualitas dan keselamatan masyarakat tetap terjamin. (*)
Baca Juga: Disebut Mematikan, Ketahui Gejala Awal dan Penyebab Kanker Paru
Source | : | Keterangan Pers Kemenkes RI |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar