Meskipun tak menimbulkan kematian, serangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dapat menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat.
Masa inkubasi demam Chikungunya berada di kisaran 3-11 hari, dan terbanyak 2-4 hari. Di masa ini, penderita seolah-olah menjadi lumpuh dan sakit ketika bergerak.
Untuk diketahui. demam Chikungunya telah dikenal ratusan tahun yang lalu, dari sejarah yang diduga KLB Chikungunya terjadi pada tahun 1779 di Batavia dan Cairo, tahun 1823 di Zanzibar, tahun 1824 di India, tahun 1870 di Zanzibar, tahun 1871 di India, tahun 1901 di Hongkong, Burma dan Madras, tahun 1923 di Calcuta, serta tahun 1928 di Cuba yang untuk pertama kalinya digunakan istilah dengue.
Dari tahun 1952, virus Chikungunya telah menyebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia
Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Birma.
Adapun KLB Chikungunya di Indonesia pernah dilaporkan pada 1973 yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur, pada tahun 1980 di Kuala Tungkal, Jambi dan pada tahun 1983 di Yogyakarta.
Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernah melaporkan adanya KLB Chikungunya.
Laporan KLB Chikungunya mulai terjadi lagi di Muara Enim pada tahun 1999, Aceh pada tahun 2000, Jawa Barat (Bogor, Bekasi, Depok) pada tahun 2001.
Lebih lanjut, pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Jawa Barat dan Sulawesi Utara.
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi.
Baca Juga: Titik Pijat Demam Pada Anak, Ampuh Turunkan Demam Tanpa Harus Minum Obat
Pada 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan di Indonesia dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94 persen).
Pada 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, kematian 100 orang (CFR 1,74 persen). Sedangkan di tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 persen).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Penyebab utama kematian akibat diare merupakan tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan, sehingga untuk menurunkan kematian lantaran diare, diperlukan tata laksana yang cepat dan tepat.
Dari paparan di atas bisa kita ketahui bahwasannya penyakit endemik di Indonesia adalah penyakit infeksi.
Dengan bahasa lain, Indoensia masih menjadi negara dengan kasus penyakit infeksi yang masih tinggi.
Hal ini hanya bisa diatasi jika kita semua sadar dan mau berubah dengan bergerak bersama melakukan pencegahan, dan pengobatan dengan tuntas, yang sesuai menurut medis.(*)
Baca Juga: 3 Cara Mengatasi Nyeri Punggung Akibat Posisi Tidur yang Tidak Benar
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar