Rasa nyeri terbakar terjadi secara simetris dan bilateral di rongga mulut, terasanya setiap hari hampir sepanjang hari.
Biasanya rasa nyeri terasa paling ringan atau tidak ada sama sekali pada pagi hari dan saat makan, juga jarang mengganggu waktu tidur.
Oh iya BMS pun dapat terjadi bersamaan dengan sensasi terbakar yang dapat disebabkan oleh kondisi lokal atau sistemik tertentu.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter gigi untuk menentukan, apakah hal tersebut adalah BMS yang sesungguhnya, atau sensasi terbakar pada rongga mulut yang disebabkan oleh kondisi atau penyakit lainnya.
Pria dan wanita berisiko mengalami burning mouth syndrome, semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Baca Juga: Ashanty Masuk Rumah Sakit, Ini Dua Penyakit Berat yang Sempat Diidapnya
Tapi wanita tujuh kali lipat lebih banyak mengalami BMS dibandingkan pria.
Hal ini disebabkan oleh adanya faktor biologis, sosial, budaya, dan psikologis yang melekat pada wanita.
Menurut penelitian, kelompok wanita berusia 60-69 tahun adalah yang paling sering mengalami BMS yaitu mereka sedang memasuki masa postmenopausal.
Sementara 10-40 persen lainnya adalah kelompok wanita yang memiliki gejala menopause. BMS sering dikaitkan dengan adanya kejadian yang membuat stres, cemas, atau depresi karena kondisi ini dapat mengubah persepsi rasa nyeri.
Tidak ada cara untuk menghindari BMS, karena penyebab pasti kondisi ini belum diketahui secara pasti.
BMS muncul secara tiba-tiba dan dapat berlanjut selama bertahun-tahun.
Menurut penelitian, hanya sebanyak 3 persen kasus BMS yang mengalami kesembuhan setelah observasi selama 5 tahun dan bahkan dengan perawatan.
Meskipun demikian, dokter gigi spesialis penyakit mulut dapat membantu memberikan tata laksana untuk membantu meringankan keluhan yang dirasakan oleh pasien dengan BMS.
Tata laksana burning mouth syndromedapat dilakukan dengan pengobatan, tata laksana psikologis, dan/atau kombinasi dari keduanya.
Source | : | rspondokindah-BMS |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar