GridHEALTH.id - Hubungan intim bersama pasangan harus menjadi sesuatu yang menyenangkan dan nikmat.
Tapi pada beberapa kondisi, tidak jarang terjadi justru sebaliknya. Masalah yang banyak dialami oleh perempuan saat melakukan hubungan intim salah satunya adalah sakit saat melakukan penetrasi.
Kondisi ini seharusnya tidak terjadi. Karenanya tidak boleh dianggap remeh dan dibiarkan, juga yakin akan hilang sendiri.
Masalah sakit di kemaluan saat penetrasi dilakukan harus segera ditangani. Jika tidak perempuan akan enggak bercinta lagi.
Selain berdampak secara fisik, kondisi ini dapat memberikan dampak emosional dan psikologis.
Baca Juga: Meninggal Mendadak Tanpa Ada Gejala Sakit, Apakah Penyebabnya?
Perempuan yang mengalaminya mungkin akan merasakan tegang saat berhubungan seks. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya keintiman antara penderita dan pasangannya.
Kenapa dampaknya bisa sampai sejauh itu? Tidak lain karena rasa sakitnya yang memang seperti berikut ini:
* Nyeri yang timbul secara terus-menerus, atau sewaktu-waktu di daerah kemaluan.
* Rasa nyeri bisa terjadi saat sebelum, selama, atau sesudah berhubungan intim.
* Rasanya tajam, panas, atau seperti kram menstruasi.
Baca Juga: Manfaat Kurkumin dalam Kunyit untuk Penyandang Diabetes, Riset Menunjukkan Efektivitasnya
* Selain di vagina, nyeri juga dapat dirasakan pada kandung kemih, saluran lubang kencing, perut bagian bawah, dan panggul.
Masalah satu ini dalam dunia medis disebut dispareunia atau painful intercourse bisa terjadi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Tapi memang dispareunia lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria.
Dispareunia gejalanya nyeri secara terus-menerus atau berulang, yang dapat terjadi ketika hendak, sedang, atau setelah berhubungan seksual. Gejala yang mungkin terjadi dapat berupa :
1. Nyeri tajam selama penetrasi.
2. Nyeri selama atau setelah berhubungan seks.
Baca Juga: Ciri-ciri Serangan Jantung yang Bisa Menyerang Usia Remaja, Perhatikan!
3. Nyeri disertai sensasi berdenyut yang berlangsung selama berjam-jam setelah berhubungan seks.
4. Nyeri disertai sensasi terbakar atau gatal.
5. Kram otot sekitar panggul.
Gejala nyeri akibat dispareunia dapat bervariasi tiap individu.
Pada beberapa kasus, nyeri juga dapat dirasakan di luar waktu berhubungan seks, misalnya saat penderita menggunakan tampon.
Baca Juga: 4 Pilihan Obat Ambeien Terbaik, Cara Pakaiannya Dimasukkan ke Dubur
Jika hal itu sudah mulai intens dirasakan setiap hubungan badan, baiknya lakukan pemeriksaan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan panggul, untuk mendeteksi kelainan di panggul, seperti infeksi atau luka.
Pemeriksaan dilakukan dengan menekan otot di kelamin dan panggul secara perlahan, sehingga lokasi timbulnya rasa sakit dapat diketahui.
Selain pemeriksaan panggul, dokter juga dapat menjalankan pemeriksaan vagina dengan menggunakan spekulum atau cocor bebek.
Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan USG panggul.
Baca Juga: Bolehkah Penyandang Darah Rendah Lakukan Donor Darah? Berikut Penjelasannya
Beberapa tes lain juga dapat digunakan untuk mendiagnosis dispareunia, yaitu :
1. Pemindaian dengan CT scan atau rontgen.
2. Pemeriksaan dubur
3. Pap smear
4. Tes kultur cairan vagina.
5. Tes urine
6. Tes alergi.
Jika dokter menduga dispareunia disebabkan oleh faktor emosional, pasien akan dirujuk untuk konseling dengan psikiater.(*)
Baca Juga: Kenali Manfaat dan Cara Meracik Daun Kelor untuk Asam Lambung
Source | : | Yankes.Kemkes-dispareunia |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar