GridHEALTH.id - Cuaca panas yang ekstrem yang terjadi di Indonesia belakangan ini, tak hanya berimbas pada kesehatan orang dewasa saja, tapi juga anak-anak.
Kondisi suhu udara seperti saat ini, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebabkan oleh pergerakan semu matahari yang umum terjadi setiap tahunnya.
Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa pun, berpengaruh besar dalam peningkatan suhu di Tanah Air.
"Sebagai efeknya, misal ketika matahari melintasi mendekati khatulistiwa pada akhir Maret, maka dua bulan berikutnya yaitu April dan Mei suhu atau temperatur di sekitar wilayah Indonesia itu akan naik dan terasa lebih panas," ujar Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, dikutip dari Kompas (28/4/2023).
Dalam virtual media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Kamis (27/4/2023), dr. Himawan Aulia Rahman, SpA., dari Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan, dehidrasi adalah masalah kesehatan yang paling mungkin terjadi.
"Cuaca panas, terutama pada anak-anak yang sering terpapar di luar ruangan menimbulkan risiko dehidrasi," ujarnya.
Lebih lanjut, selain pada anak yang banyak melakukan aktivitas di luar ruangan, dehidrasi atau kekurangan cairan juga berisiko dialami oleh Si Kecil yang malas minum.
"Jadi, hati-hati kepada orangtua terkait dehidrasi," kata dokter Himawan.
"Kekurangan cairan tubuh pada anak-anak itu gejalanya bisa berupa demam, kemudian mulut atau lidahnya kering," jelasnya.
Ia mengatakan, jika tingkat dehidrasi masih ringan maka bisa ditangani secara mandiri di rumah dengan pemberian pengganti cairan lewat air minum.
Akan tetapi, lain halnya jika dehidrasi pada anak sudah mencapai tahap yang serius, perlu segera mendapatkan penanganan di rumah sakit.
Baca Juga: Kenali Penyebab Anak Sering Biduran, Bisakah Disembuhkan Total?
"Pada kondisi yang ekstrem bisa juga air pipisnya menjadi sedikit atau berwarna lebih pekat," kata dokter Himawan.
"Jadi bila air kencingnya berwarna lebih pekat, itu adalah tanda-tanda anak itu mengalami dehidrasi ditambah juga jika anak seperti kehausan," lanjutnya.
Selain itu, dehidrasi pada anak yang sudah lebih parah juga dapat membuat tubuh anak lemas hingga hilang kesadaran.
"Itu merupakan tanda dehidrasi yang berat, perlu diwaspadai oleh orangtua," pungkasnya.
Tak hanya terkait kebutuhan cairan anak, Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso, juga membagikan makanan seperti apa yang sebaiknya dikonsumsi saat cuaca panas.
Ia menyarankan kepada orangtua untuk memberikan makanan yang bergizi dan bernutrisi kepada anak.
Sementara untuk makanan cepat saji atau fast food, sebaiknya dibatasi jumlah konsumsinya.
"Di cuaca ekstrem begini hidrasi, elektrolitnya mesti cukup. Kebutuhan nutrisi bergizi tinggi lagi-lagi protein hewani, sayuran hijau," kata dokter Piprim.
"Hindari atau kurangi makanan yang berpotensi menyebabkan penyakit seperti junk food, ultra processed food, high glycemic food," sambungnya.
Jenis makanan tersebut sebaiknya dikurangi karena bersifat inflamatif, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi tubuh.
Agar anak tetap sehat, pemenuhan kebutuhan cairan dan asupan makanan bergizi juga perlu didukung oleh istirahat yang cukup. (*)
Baca Juga: 4 Penyakit yang Sering Dialami oleh Anak-anak Usai Libur Lebaran
Source | : | Kompas.com,media briefing |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar