Perubahan hormonal selama menopause juga dapat berkontribusi pada poliuria pada wanita.
Penurunan kadar estrogen dapat memengaruhi otot kandung kemih dan uretra, menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil dan inkontinensia urine.
Faktor psikologis, seperti stres atau kecemasan, dapat memainkan peran dalam meningkatkan dorongan untuk buang air kecil. Kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia stres dan dapat memengaruhi wanita dari segala usia.
Terapi perilaku dan teknik relaksasi dapat membantu mengelola inkontinensia yang disebabkan oleh faktor psikologis.
Konsumsi kafein atau alkohol dalam jumlah besar dapat memiliki efek diuretik atau meningkatkan produksi urine.
Wanita yang mengonsumsi minuman berkafein atau alkohol secara berlebihan mungkin mengalami sering buang air kecil sebagai respons terhadap efek diuretik ini.
Beberapa obat-obatan, seperti diuretik atau obat tekanan darah tertentu, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil sebagai efek samping.
Jika seseorang mengalami sering buang air kecil setelah memulai penggunaan obat-obatan baru, konsultasikan dengan dokter untuk mempertimbangkan penggantian atau penyesuaian dosis.
Jika seorang wanita mengalami seringnya buang air kecil dan hal ini tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor seperti konsumsi kafein atau kehamilan, segera konsultasikan dengan dokter.
Pemeriksaan medis yang tepat akan membantu menentukan penyebab yang mendasari dan merencanakan pengobatan yang sesuai.
Meskipun sering buang air kecil bisa menjadi gejala umum, diagnosa yang tepat adalah langkah pertama untuk penanganan yang efektif. (*)
Baca Juga: Kebelet Buang Air Kecil Bolak-balik ke Toilet? Atasi dengan Pijat Titik Ini
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar